Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Simulasi Megabencana

Potensi Tsunami Pacitan 28 Meter

Foto : Istimewa

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kabupaten Pacitan mesti menyiapkan jauh-jauh hari untuk mitigasi bencara amat besar karena berpotensi diterjang tsunami setinggi 28 meter. Penegasan ini disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Minggu (12/9).

Dia mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Pacitan, bersiap dengan skenario terburuk gempa dan tsunami. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mengintai pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.

"Berdasarkan hasil penelitian, wilayah Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba 29 menit. Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter. Potensi jarak genangan mencapai 4-6 kilometer dari bibir pantai," ujar Dwikorita.

Sebelumnya, dalam simulasi menghadapi potensi bencana, Dwikorita bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji melakukan verifikasi zona bahaya dan menyusuri jalur evakuasi bencana. Dwikorita menyebutkan dengan skenario tersebut maka masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri bila mendapatkan Peringatan Dini Tsunami maksimum 5 menit setelah gempa terjadi.

Segera Lari

Masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pesisir pantai harus segera berlari ke tempat tinggi jika merasakan goncangan gempa besar. "Untuk masyarakat pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine. Segera lari karena waktu yang dimiliki hanya 29 menit. Sedangkan jarak tempat aman yang lebih tinggi cukup jauh," ujar dia.

Dwikorita mengatakan yang namanya skenario artinya masih bersifat potensi, bisa saja terjadi atau syukur-syukur tidak terjadi. Namun demikian, masyarakat dan pemerintah daerah harus sudah siap dengan skenario terburuk tersebut.

Artinya, lanjut Dwikorita, jika masyarakat dan pemerintah daerah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalkan. Dengan skenario terburuk ini, kata dia, pemerintah daerah bersama-sama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif.

"Jika masyarakat terlatih maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," tegas dia.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara, Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top