Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 14 Jul 2023, 06:10 WIB

Pompeii, Kota Resor yang Terkubur Material Gunung Api

Foto: Tiziana FABI / AFP

Pompeii adalah kota resor yang berkembang pesat di selatan Roma kuno. Lokasinya berada di sepanjang pantai Italia di bawah bayang-bayang gunung berapi aktif Gunung Vesuvius. Saat gunung itu meletus pada 79 Masehi, seketika itu Kota Pompeii terkubur abu vulkanik tebal.

Abu terbang dari puncak Gunung Vesuvius ke seluruh negeri seperti banjir dan menyelimuti kota dalam, tulis seorang saksi. "Kegelapan… seperti hitamnya kamar-kamar yang tertutup dan tidak terang," kata saksi itu dikutip dari lamanhistory.com.

Korbannya tidak tanggung-tanggung. Diperkirakan sekitar dua ribu orang meninggal dan kota itu ditinggalkan selama hampir bertahun-tahun. Sekelompok penjelajah berhasil menemukan kembali situs tersebut pada 1748. Temuan dari balik lapisan tanah ini, membuka tabir kehidupan masa lalu.

Di bawah lapisan abu dan puing yang tebal, Kota Pompeii yang sebagian besar terkubur, ditemukan dalam kondisi masih utuh. Dari artefak dan kerangka yang tertinggal di kota terkubur itu, mengajarkan banyak hal tentang kehidupan sehari-hari di dunia kuno.

Terletak di pantai barat Italia di sepanjang pantai Teluk Napoli di selatan Kota Napoli modern, para pemukim Yunani kuno menjadikan Pompeii bagian dari lingkungan Helenistik pada abad ke-8 SM.

Jauh sebelum letusan Gunung Vesuvius, Pompeii jatuh di bawah pengaruh kekuasaan Roma pada abad ke-2 SM. Sejak saat itu Teluk Napoli menjadi daya tarik bagi wisatawan kaya dari Roma untuk menikmati garis pantai Campania.

Pada pergantian abad pertama Masehi, Kota Pompeii, yang terletak sekitar lima mil dari Gunung Vesuvius, merupakan tempat peristirahatan yang berkembang pesat bagi warga Kekaisaran Romawi yang paling terkemuka. Rumah-rumah elegan dan vila-vila rumit banyak yang dipenuhi dengan karya seni indah dan air mancur berkilauan berjajar di jalan beraspal.

Dari temuan di bawah lapisan abu vulkanik ini, sebagian besar kekayaan kota ini berasal dari tanah yang subur kawasan tersebut merupakan pusat perkebunan zaitun, anggur, dan tanaman lainnya. Anggur dari Pompeii dinikmati di beberapa rumah paling modis di Roma.

Turis, penduduk kota, dan orang yang diperbudak, keluar masuk pabrik kecil dan toko pengrajin, bar, kafe, rumah bordil, dan pemandian. Orang-orang berkumpul di arena berkapasitas 20.000 kursi dan bersantai di lapangan terbuka dan pasar. Menjelang letusan, para ahli memperkirakan populasinya sekitar 12.000 orang.

Saat ini Gunung Vesuvius belum pernah meletus sejak tahun 1944, namun masih menjadi salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia. Para ahli percaya bahwa letusan dahsyat lainnya akan terjadi kapan saja bencana yang hampir tak terduga, karena hampir 3 juta orang tinggal dalam jarak 20 mil dari kawah gunung berapi.

Gunung Vesuvius

Gunung Vesuvius tentu saja tidak terbentuk dalam semalam. Vesuvius adalah bagian dari busur vulkanik Campanian yang membentang di sepanjang konvergensi lempeng tektonik Afrika dan Eurasia di semenanjung Italia telah meletus selama ribuan tahun.

Letusan dahsyatnya yang tidak biasa di masa lalu (sekarang dikenal sebagai "letusan Avellino") memuntahkan jutaan ton lava, abu, dan bebatuan super panas sekitar 22 mil ke langit. Bencana di Zaman Perunggu itu menghancurkan hampir setiap desa, rumah, dan pertanian dalam jarak 15 mil dari gunung.

Penduduk desa di sekitar gunung berapi telah lama belajar untuk hidup dengan Gunung Vesuvius yang amat aktif. Bencana alam berupa gempa besar melanda wilayah Campania yang terjadi pada 63 M, membuat para ilmuwan saat ini terus memperingatkan akan bencana yang akan datang. Apalagi saat ini orang-orang masih berbondong-bondong ke pantai Teluk Napoli, dan Pompeii pun semakin ramai setiap tahunnya.

Enam belas tahun setelah gempa tersebut, pada bulan Agustus atau Oktober tahun 79 M, sejumlah gempa kecil mengguncang wilayah Pompeii. Orang-orang di sana mengabaikan gempa. "Tidak terlalu mengkhawatirkan (gempa) karena sering terjadi di Campania," menurut penulis dan saksi mata Pliny the Younger.

Kemudian, tidak lama setelah tengah hari pada hari yang menentukan itu, Gunung Vesuvius kembali meletus. Ledakan itu mengirimkan segumpal abu, batu, dan gas vulkanik yang sangat panas ke langit sehingga orang bisa melihatnya dari jarak ratusan kilometer.

Pliny the Younger, yang menyaksikan letusan dari seberang Teluk Napoli, membandingkan awan dengan ukuran dan penampilan yang tidak biasa. "Ini setara dengan pohon pinus yang menjulang tinggi pada semacam batang dan kemudian membelah menjadi cabang-cabang," kata dia.

Saat ini, ahli geologi menyebut jenis ledakan vulkanik ini sebagai letusan Plinian. Letusan tipe ini terjadi ketika magma yang sangat kental dengan kandungan gas tinggi menyemburkan material letusan hingga mencapai stratosfer. Dampaknya menyebabkan perubahan iklim secara global, seperti pada kejadian letusan Tambora tahun 1815.

Saat mendingin, menara puing ini melayang ke Bumi: pertama abu berbutir halus, lalu bongkahan ringan batu apung dan batuan lainnya. Itu menakutkan. "Saya percaya saya binasa bersama dunia dan dunia bersama saya, tetapi itu belum mematikan," tulis Pliny.

Kebanyakan orang Pompeii punya banyak waktu untuk melarikan diri, dan banyak di antara mereka yang melakukannya. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.