Polusi Cahaya Meningkatkan Risiko Alzheimer pada Kaum Muda
Ilustrasi
Foto: IstimewaSebuah studi terbaru mengungkapkan, paparan cahaya malam hari di luar ruangan berkaitan eray dengan demensia untuk orang dewasa di bawah 65 tahun. Di dunia modern ini, meningkatnya penggunaan cahaya buatan luar ruangan yang terang telah meningkatkan produktivitas, keamanan, dan kenyamanan, namun paparan cahaya yang berlebihan dapat mengganggu ritme sirkadian dan tidur, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental.
Penelitian baru yang diterbitkan di Frontiers in Neuroscience menemukan bahwa cahaya buatan yang berlebihan di malam hari, atau "polusi cahaya", dapat menyebabkan lebih banyak orang terkena penyakit Alzheimer, terutama orang dewasa yang berusia di bawah 65 tahun.
"Penelitian lain menunjukkan bahwa polusi cahaya dikaitkan dengan berbagai gangguan dan penyakit, seperti masalah tidur, obesitas, dan bahkan kanker," kata penulis utama penelitian ini, Robin Voigt-Zuwala, PhD, seorang profesor kedokteran dan direktur Laboratorium Penelitian Ritme Sirkadian di Rush University Medical Center di Chicago, dikutip dari Everyday Health, Rabu (11/9).
"Studi kami menemukan bahwa paparan cahaya di malam hari juga dapat merusak kesehatan otak, terutama bagi individu dengan faktor risiko penyakit Alzheimer, seperti riwayat keluarga, genotipe APOE4+ (faktor risiko genetik terkuat untuk penyakit Alzheimer), atau penyakit komorbiditas yang meningkatkan risiko, seperti penyakit kardiovaskular," tambahnya.
Dengan menggunakan data yang diperoleh dari satelit, penulis studi menghitung intensitas cahaya malam hari rata-rata menurut negara bagian dan wilayah (tidak termasuk Hawaii dan Alaska) antara tahun 2012 dan 2018. Dengan menggunakan data Medicare, mereka menentukan keberadaan penyakit Alzheimer di berbagai wilayah dan membandingkan prevalensi penyakit dengan tingkat intensitas cahaya di setiap wilayah. Mereka juga memasukkan data medis tentang variabel yang diketahui atau diyakini sebagai faktor risiko Alzheimer.
Voigt-Zuwala dan rekan-rekannya menemukan bahwa prevalensi Alzheimer pada orang berusia 65 tahun ke atas lebih terkait erat dengan polusi cahaya di malam hari dibandingkan dengan penyalahgunaan alkohol, penyakit ginjal kronis, depresi, dan obesitas. Faktor risiko lain, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, dan stroke, lebih terkait erat dengan Alzheimer dibandingkan dengan polusi cahaya.
Namun, untuk orang yang berusia di bawah 65 tahun, intensitas cahaya malam hari adalah pengaruh nomor satu yang terkait dengan Alzheimer. Karena tidak ada faktor risiko penyakit lain pada populasi ini yang memiliki hubungan kuat dengan demensia, para ilmuwan menyarankan bahwa orang yang lebih muda mungkin sangat sensitif terhadap efek paparan cahaya di malam hari.
Voigt-Zuwala mencatat bahwa orang yang lebih muda cenderung memiliki gaya hidup yang membuat mereka terpapar lebih banyak cahaya di malam hari.
"Daerah perkotaan dengan polusi cahaya paling tinggi cenderung didominasi oleh individu yang lebih muda, dan orang yang lebih muda cenderung begadang lebih larut untuk kegiatan sosial. Paparan cahaya selama waktu istirahat normal akan mengganggu ritme sirkadian dan akan berdampak buruk bagi kesehatan," ucapnya.
Ritme sirkadian mengatur sebagian besar biologi dan perilaku kita, dan gangguan dapat menyebabkan peradangan pada mikrobioma usus, meningkatkan kebocoran usus, dan membuat individu menjadi kurang tahan terhadap stres dan lebih rentan terhadap penyakit.
Bagi Yuko Hara, PhD, direktur Penuaan dan Pencegahan Alzheimer di Cognitive Vitality, sebuah program dari Alzheimer's Drug Discovery Foundation, analisis ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang berusia lima puluhan dan enam puluhan yang kurang tidur dari enam jam per malam memiliki risiko demensia yang jauh lebih tinggi.
"Beta-amiloid, penanda biologis untuk penyakit Alzheimer, dapat mulai terakumulasi di otak beberapa dekade sebelum timbulnya gejala," ujar Dr Hara, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Pada saat tidurlah protein beracun seperti amiloid dibuang dari otak. Dengan demikian, mungkin sangat penting bagi orang paruh baya untuk mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk mencegah penumpukan amiloid dan protein beracun lainnya di otak," lanjutnya.
Penulis studi menambahkan bahwa memiliki gen APOE4+, sebuah faktor yang memengaruhi penyakit Alzheimer yang muncul lebih awal, mungkin berperan dalam peningkatan kerentanan terhadap efek paparan cahaya di malam hari, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana hal ini terkait.
Claire Sexton, DPhil, yang menjabat sebagai direktur senior program ilmiah dan penjangkauan di Alzheimer's Association mengatakan, makalah baru ini hanya memperhitungkan paparan cahaya malam hari di luar ruangan, bukan di dalam ruangan, yang juga dapat menyebabkan kurang tidur. Meskipun tidak diteliti dalam makalah ini, cahaya biru dari elektronik mungkin merupakan sumber masalah utama dalam hal tidur, menurut penulis studi.
"Cahaya biru meningkatkan kewaspadaan dan terjaga. Ketika Anda menggunakan perangkat elektronik di malam hari, hal tersebut dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk tidur. Sebagian besar ponsel dan komputer memiliki pengaturan untuk memblokir cahaya biru pada malam hari," tutur Hara.
Sexton, yang tidak terlibat dalam penelitian terbaru ini, menekankan bahwa penelitian ini "sangat luas dan tidak spesifik," dan tidak menunjukkan bahwa polusi cahaya menyebabkan penyakit Alzheimer.
"Diperlukan lebih banyak penelitian lagi sebelum kesimpulan dapat dibuat," katanya.
Berita Trending
- 1 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 2 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 3 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 4 Ratusan Pemantau Pemilu Asing Tertarik Lihat Langsung Persaingan Luluk-Khofifah-Risma
- 5 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online