Dua Sahabat Wujudkan Mimpi Usaha Minuman dengan Nilai Budaya
Founder Twrl
Foto: CTV NewsOlivia Chen dan Pauline Ang, dua sahabat sekaligus mitra bisnis, terus melangkah maju dengan merek boba milk tea mereka, Twrl. Meski telah tiga kali gagal masuk ke acara realitas bisnis “Shark Tank,” kini mereka menghadapi peluang yang tak terduga. Mereka mendapat perhatian dari aktor ternama Simu Liu, yang mengundang mereka untuk mengirimkan proposal bisnis setelah melihat video TikTok mereka.
Video tersebut diunggah Chen sebagai tanggapan atas episode kontroversial di acara “Dragons' Den,” versi Kanada dari “Shark Tank,” di mana Liu, yang juga seorang panelis tamu, menolak berinvestasi pada produk boba milik pengusaha non-Asia. Liu menyoroti kurangnya pengakuan budaya dalam merek tersebut, yang memicu diskusi tentang batas antara apresiasi dan apropriasi budaya dalam bisnis.
Chen, yang berdarah Taiwan-Amerika, merasa video tersebut adalah cara untuk menyuarakan alternatif yang lebih menghormati nilai budaya.
“Saya ingin orang tahu ada opsi lain seperti Twrl,” ujarnya, dilansir dari US News, Selasa, (19/11).
Sejak awal, Twrl dirancang untuk menghormati budaya asalnya, dari kemitraan dengan petani teh keluarga di Jepang dan Tiongkok hingga pengemasan yang mencatat asal usul boba mereka di Taiwan. Bahkan, mereka menggandeng seniman diaspora Asia untuk desain produk.
Simu Liu sendiri menyatakan keberatan untuk mendukung merek boba tersebut karena merasa produk itu tidak menghormati akar budaya minuman ini, yang erat kaitannya dengan identitas Asia.
“Saya tidak bisa mendukung bisnis yang mengambil keuntungan dari sesuatu yang sangat dekat dengan warisan budaya saya,” ujarnya di episode tersebut.
Boba, yang dikenal juga sebagai bubble tea atau pearl tea, memang memiliki sejarah panjang. Minuman ini lahir di Taiwan sebagai kombinasi teh, susu, dan bola tapioka. Namun, akar bahan utamanya, singkong, berasal dari Amerika Selatan dan menyebar ke Asia melalui kolonisasi. Popularitasnya di AS mulai melonjak sejak 1990-an, dan kini boba menjadi simbol budaya pop generasi muda Asia-Amerika.
Merek besar seperti Starbucks dan Jamba Juice pernah mencoba menambahkan boba ke menu mereka, tetapi gagal mencuri perhatian pasar. Menurut Juily Phun, dosen Asian American Studies di Cal State LA, konsumen muda kini lebih memilih merek yang memiliki cerita dan nilai personal.
“Generasi muda menempatkan uang mereka di mana nilai mereka berada,” katanya.
Twrl, dengan varian rasa seperti ube dan hojicha, kini tersedia di Sprouts, Whole Foods, dan Amazon. Investasi baru, seperti yang diusulkan Liu, dapat mempercepat distribusi mereka. Namun, bagi Chen dan Ang, perjalanan ini lebih dari sekadar angka penjualan.
“Kami ingin membawa perubahan nyata. Kami ingin energi yang ada digunakan untuk menciptakan peluang bagi pendiri seperti kami agar mendapat tempat di meja,” ujarnya.
Melalui Twrl, mereka tak hanya menjual minuman, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai apresiasi budaya yang otentik, membuka jalan bagi generasi pengusaha berikutnya.
Redaktur: Muhammad Ihsan Karim
Penulis: Muhammad Ihsan Karim
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 2 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di Bundesliga
- 3 Dishub Kota Medan luncurkan 60 bus listrik baru Minggu
- 4 Kasdam Brigjen TNI Mohammad Andhy Kusuma Buka Kejuaraan Nasional Karate Championship 2024
- 5 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
Berita Terkini
- Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- Pencarian Korban Hanyut di Sungai Citarum Dilakukan BPBD Bandung dan SAR
- Pemerintah Indonesia-Arizona State University Bersinergi Bangun Ekosistem Semikonduktor
- Perairan Aceh dan Sumut Masih Berpeluang Terjadi Gelombang Tinggi
- Grup Asal Jepang Bawakan Lagu "A Go Go" Milik Dara Puspita di Joyland