Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Forum Boao I Anwar: Persaingan Harus Memberi Jalan Kepada Semangat Kolaborasi

PM Malaysia Ingin Inisiatif Jalur Sutra Baru Dihidupkan Kembali

Foto : AFP/LISA MARIE DAVID

Seruan PM Anwar l PM Malaysia, Anwar Ibrahim, saat berada di Manila, Filipina, pada 2 Maret lalu. Saat berpidato di Forum Boao di Hainan, Tiongkok, pada Kamis (30/3), PM Anwar menyerukan Tiongkok agar menghidupkan kembali inisiatif Jalur Sutra Baru.

A   A   A   Pengaturan Font

KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyerukan Tiongkok untuk menghidupkan kembali Inisiatif Jalur Sutra Baru (Belt and Road Initiative/BRI), dan ia juga mendesak kolaborasi antar negara.

"Menerjemahkan cita-cita luhur menjadi kenyataan praktis, solidaritas dan kerja sama paling baik dicontohkan dalam realisasi Jalur Sutra Baru," kata PM Anwar dalam pidatonya di Forum Boao untuk Asia yang digelar di Hainan, Tiongkok, pada Kamis (30/3).

"Dengan berakhirnya pandemi, kita harus mencoba untuk mendapatkan kembali momentumnya," imbuh dia.

Seruan PM Anwar untuk menghidupkan kembali kolaborasi infrastruktur Tiongkok dengan negara-negara berkembang menandai upaya Malaysia untuk terlibat kembali dengan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, setelah berakhirnya pandemi pada akhir tahun lalu.

Dalam pidatonya, PM Anwar mengatakan negara-negara harus menjaga agar persaingan dalam industri teknologi dan semikonduktor tidak menaikkan biaya dan menghalangi kemajuan, saat negara-negara berusaha untuk melindungi hak kekayaan intelektual mereka dan tetap berada di depan para pesaing.

"Persaingan untuk menjadi yang terdepan dalam hal ini bisa menjadi produktif atau destruktif. Karena itu, izinkan saya untuk menegaskan kembali bahwa persaingan yang tidak terkendali harus memberi jalan kepada semangat kolaborasi," tutur dia.

Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Malaysia pada Rabu (29/3) lalu, PM Anwar saat ini sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok hingga 1 April. Pada kunjungan kenegaraan ini, ia akan bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, sebagai bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali hubungan di era pasca-pandemi.

Investasi Berkualitas

Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar Malaysia sejak 2009. Total perdagangan antara kedua negara menyentuh 487,13 miliar ringgit (sekitar 110 miliar dollar AS) pada tahun 2022.

Tiongkok juga merupakan investor terbesar di Malaysia tahun lalu, yang menyumbang 21 persen dari investasi 59 miliar dollar AS yang disetujui negara tersebut pada tahun 2022.

Kunjungan PM Anwar ke Tiongkok adalah yang pertama oleh seorang pemimpin Malaysia sejak kunjungan mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad pada April 2019 lalu.

Sejak menjadi perdana menteri, PM Anwar telah melakukan perjalanan ke Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Turki, Arab Saudi, dan Kamboja, untuk meningkatkan hubungan ekonomi setelah Malaysia selama bertahun-tahun diguncang ketidakstabilan politik.

Menurut analis politik, pemerintahan Anwar yang baru berusia empat bulan ingin memanfaatkan mitra dagang terbesarnya itu untuk melakukan investasi asing langsung melalui BRI karena inisiatif itu merupakan sumber utama investasi di negaranya.

"Malaysia menginginkan investasi yang lebih berkualitas dalam paket BRI seperti ekonomi digital dan energi terbarukan atau kendaraan listrik," kata Halmie Azrie Abdul Halim, analis senior urusan peraturan pemerintah dan konsultasi risiko politik di Vriens & Partners Malaysia.

"Pidato PM Anwar juga merupakan pendahuluan untuk membujuk Tiongkok agar terbuka terhadap idenya untuk Dana Moneter Asia yang dia luncurkan baru-baru ini," imbuh dia.

Saat ini Malaysia memiliki beberapa proyek infrastruktur dan konektivitas terkait BRI, termasuk Malaysia-China Kuantan Industrial Park, East Coast Rail Link (ECRL) dan perluasan Pelabuhan Kuantan.

Beberapa dari pembangunan ini, seperti Jalur Pipa Gas Trans-Sabah, saat ini berada di bawah pengawasan baru dan ditangguhkan setelah pergantian pemerintahan pada tahun 2018, tetapi kemudian diaktifkan kembali di bawah pemerintahan Malaysia berikutnya.ST/Bloomberg/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top