Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

PM Inggris Truss: Pajak Akan Dipangkas dan Diatasi Tagihan Energi Rakyat

Foto : DOK/BRITISH EMBASSY

Menlu Inggris Liz Truss bersama para mitra gojek di Monas, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, pada Selasa (6/9), ditetapkan sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris menggantikan Boris Johnson. Penetapan dilakukan pada waktu ekonomi bergolak dan harga energi meningkat.

Johnson menyerahkan surat pengunduran dirinya secara resmi kepada Ratu Elizabeth II di Balmoral, Skotlandia, dan setelah itu ratu mengangkat Truss sebagai PM Inggris. Truss (47 tahun) menjadi perempuan ketiga yang memimpin negara itu dan PM keempat di Inggris dalam periode enam tahun.

Berbicara di luar Kantor Perdana Menteri di London, Johnson mengatakan hari Selasa bahwa ia bangga telah memenuhi janji-janji yang ia buat kepada partainya sewaktu rakyat "cukup baik untuk memilihnya", dan bahwa ia akan menawari pemerintah baru "dukungan yang paling kuat".

Truss unggul dalam pemungutan suara internal partai, mengalahkan mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak. Setelah kemenangannya diumumkan, Truss mengadakan pertemuan partai. "Saya berkampanye sebagai Konservatif, dan saya akan memerintah sebagai Konservatif," katanya.

"Saya akan menyampaikan rencana berani untuk memangkas pajak dan menumbuhkan ekonomi kita. Mengatasi tagihan energi rakyat dan juga menangani isu-isu jangka panjang kita mengenai pasokan energi," kata Truss

Truss, yang pernah menentang penarikan keluar Inggris dari Uni Eropa namun sekarang menjadi pendukung kuat Brexit, memiliki pandangan kebijakan luar negeri yang agresif. Sebagaimana halnya Johnson, ia diperkirakan akan tetap menjadi penghubung kuat dalam aliansi Barat yang mengirimkan bantuan ke Ukraina dalam perjuangan negara itu menghadapi invasi Russia yang telah berlangsung enam bulan.

Masalah Serius

Truss segera menghadapi berbagai masalah ekonomi serius, termasuk resesi, gejolak tenaga kerja, meningkatnya biaya energi bagi rumah tangga di Inggris serta kemungkinan kekurangan BBM pada musim dingin mendatang.[

"Terima kasih telah mempercayakan saya untuk memimpin dan menyelamatkan negara kita yang hebat. Saya akan mengambil tindakan berani untuk membuat kita semua melewati masa-masa sulit ini, menumbuhkan ekonomi kita, dan mewujudkan potensi Inggris," kata Truss.

Dia akan menggantikan Boris Johnson, yang terpaksa mengumumkan pengunduran dirinya pada Juli setelah skandal berbulan-bulan membuat dukungan untuk pemerintahannya terkuras dan para menteri mundur untuk memaksanya mundur.

Truss diminta untuk membentuk pemerintahan oleh monarki itu, sebelum berpidato ke warga negara dan kemudian memulai penunjukan tim menterinya.

Sejak itu, Inggris tersandung dari krisis ke krisis. Sekarang ada kemungkinan mengalami resesi panjang, dan peningkatan inflasi lebih lanjut, yang mencapai dua digit pada Juli.

Meskipun Inggris berpengalaman dalam memilih - dan mengganti - perdana menteri, pertemuan hari itu terasa asing. Ratu Elizabeth bertemu Johnson dan Truss di Balmoral daripada di Istana Buckingham.

Istana mengumumkan pekan lalu bahwa ratu akan menunjuk perdana menteri baru di Balmoral, tempat dia menghabiskan musim panasnya, karena masalah fisik.

Ratu Elizabeth, di bawah tahta kuasa monarkinya telah mengukuhkan 14 perdana menteri sebelum Truss, harus mengurangi penampilan publiknya dalam beberapa bulan terakhir karena masalah fisik, dan juga menghabiskan malam di rumah sakit Oktober lalu karena penyakit yang tidak disebutkan.

Oleh karena itu Truss harus melakukan perjalanan ke Balmoral untuk menjadi perdana menteri, perjalanan pulang pergi sekitar seribu mil, daripada perjalanan pulang pergi dua mil yang biasanya dinikmati oleh perdana menteri.

Terpilihnya Truss sebagai PM Inggris yang baru diperkirakan tidak akan berdampak signifikan padahubungan bilateral Indonesia dan Kerajaan Inggris (UK). "Hubungan RI-UK tidak akan berubah banyak dengan adanya PM baru ini," kata pengamat politik luar negeri dan mantan duta besar Indonesia untuk Inggris, RizalSukma.

"Arah hubungan bilateral kedua negara tidak ditentukan oleh seorang PM saja, namun ada garis kebijakan partai yang akan diikuti," ujar Rizal.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top