PM Hongaria: Petani Tidak Boleh Menanggung Beban Perubahan Iklim
PM Hungaria mengatakan para petani tidak boleh menanggung biaya dalam upaya melawan perubahan iklim.
Foto: ANTARA/AnadoluLONDON - Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban menegaskan para petani tidak boleh menanggung beban biaya dalam upaya melawan perubahan iklim. Kalangan petani tidak bisa mengorbankan baik industri maupun sektor pertanian dalam proses transisi hijau.
“Kita harus terus memajukan transisi hijau sambil tetap mempertahankan penggunaan gas alam, minyak, dan energi nuklir,” kata Orban dalam pidato yang disampaikan di Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29) di ibu kota Azerbaijan, Baku, Selasa (12/11).
Seperti dikutip dari Antara, Orban menekankan Hongaria termasuk sedikit negara yang berhasil meningkatkan kinerja ekonominya sambil mengurangi emisi dalam beberapa tahun terakhir. Dalam proses ini mereka tidak bisa mengorbankan industri maupun pertanian.
“Beban perubahan iklim tidak seharusnya ditanggung oleh para petani kita. Petani adalah tulang punggung ekonomi dan masyarakat kita,” tambahnya.
Orban melanjutkan transisi hijau dan perjuangan melawan perubahan iklim tidak boleh dilakukan dengan merugikan komunitas bisnis, tetapi harus dilakukan bersama-sama.
Ia menekankan perlunya jaminan keuangan yang jelas dan investasi yang signifikan.
“Kebijakan iklim kita harus dipandu oleh pertimbangan yang hati-hati dan akal sehat, bukan oleh alarm ideologis atau kepanikan. Setiap langkah harus sejalan dengan pendapat dan kepentingan warga Eropa,” tambahnya.
Dalam pidatonya di acara tersebut, PM Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa aksi iklim adalah “inti” dari misi pemerintahnya untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan Inggris dan dunia.
“Aksi untuk iklim saat ini adalah jalur menuju pertumbuhan ekonomi, ketahanan energi, lapangan kerja yang lebih baik, dan keamanan nasional jangka panjang untuk mencapai Kesepakatan Paris dan menjaga suhu tetap di bawah 1,5 derajat Celsius,” tambahnya.
Starmer menjelaskan mereka telah meluncurkan Great British Energy untuk meningkatkan ketahanan energi dan menciptakan dana kekayaan nasional guna berinvestasi di industri hijau dan pekerjaan masa depan.
“Kami menghapus larangan energi angin darat, berkomitmen untuk tidak mengeluarkan lisensi baru minyak dan gas di Laut Utara, dan menutup pembangkit listrik tenaga batu bara terakhir di Inggris pada akhir September, menjadi ekonomi G7 pertama yang menghentikan tenaga batu bara sesuai kesepakatan internasional di COP28 untuk beralih dari bahan bakar fosil,” tambahnya.
Starmer menegaskan bahwa target ambisius Inggris adalah menjadi ekonomi utama pertama yang mencapai tenaga bersih pada tahun 2030, dengan target pengurangan semua emisi gas rumah kaca sebesar setidaknya 81 persen dari level tahun 1990 pada tahun 2035.
PM Inggris itu juga mendorong semua pihak untuk menetapkan target ambisius mereka sendiri.
Dalam kesempatan yang sama, PM Spanyol Pedro Sanchez mengingatkan tentang krisis cuaca ekstrem baru-baru ini di negaranya, di mana banjir besar menghancurkan provinsi Valencia dan menewaskan setidaknya 222 orang.
Seraya menyebut banjir mematikan tersebut sebagai “salah satu bencana iklim terbesar” dalam sejarah Spanyol, Sanchez mengatakan bahwa dirinya hadir di COP29 untuk menyampaikan pesan yang tegas bahwa “perubahan iklim itu mematikan.”
“Apa yang terjadi di Valencia bukanlah kejadian yang terisolasi, hal itu terjadi setiap hari di setiap sudut dunia," ujar Sanchez
"Kita tidak bisa menutup mata, kita harus bertindak,” tegasnya.
Sanchez memperingatkan bahwa bencana semacam ini akan semakin sering dan intensif selama konsumsi bahan bakar fosil terus berlanjut.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung