![PLTA di Pegunungan Perlu Lebih Beradaptasi dengan Perubahan Iklim](https://koran-jakarta.com/images/article/plta-di-pegunungan-perlu-lebih-beradaptasi-dengan-perubahan-iklim-220705002459.jpg)
PLTA di Pegunungan Perlu Lebih Beradaptasi dengan Perubahan Iklim
![PLTA di Pegunungan Perlu Lebih Beradaptasi dengan Perubahan Iklim](https://koran-jakarta.com/images/article/plta-di-pegunungan-perlu-lebih-beradaptasi-dengan-perubahan-iklim-220705002459.jpg)
Langkah-langkah adaptasi yang lebih baik dan sistem perencanaan dan pemantauan yang lebih kuat sangat dibutuhkan.
Penulis utama studi tersebut dan rekan peneliti di Departemen Geografi NUS, Dongfeng Li, mengatakan studi tersebut dimotivasi oleh kegagalan pembangkit listrik tenaga air baru-baru ini di Himalaya. Tim ingin mempelajari hubungan antara bahaya pegunungan ini dan perubahan iklim.
Pada Februari tahun lalu, longsoran salju menghantam lembah glasial Himalaya di Distrik Chamoli, Uttarakhand, India, mengakibatkan puingpuing dan banjir besar yang menyapu dua proyek pembangkit listrik tenaga air.
Dilakukan bekerja sama dengan para ilmuwan dari negara- negara seperti Inggris, Nepal, dan Australia, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience pada 23 Juni itu merekomendasikan sistem pembangkit listrik tenaga air yang tahan perubahan iklim di daerah pegunungan yang tinggi.
Studi ini menemukan pencairan sistem es yang disebabkan pemanasan global sangat mengubah volume dan waktu pasokan air dari Pegunungan Tinggi Asia ke daerah hilir, yang diandalkan orang untuk makanan dan energi.
Pembangunan lebih banyak waduk untuk mengatur aliran sungai dan menghasilkan tenaga air merupakan bagian penting dari strategi untuk beradaptasi dengan perubahan ini. Namun, proyek adaptasi ini rentan terhadap serangkaian proses interaksi yang kompleks, termasuk pencairan gletser, pencairan lapisan es yang mengakibatkan tanah longsor, serta aliran puing dan banjir.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya