Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Energi

PLN Sebaiknya Fokus Bangun Pembangkit EBT

Foto : Sumber: PLN - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN diminta untuk refocusing bisnis dengan melakukan efisiensi belanja agar perusahaan ke depan bisa sehat kembali karena saat ini masih menanggung beban utang sekitar 500 triliun rupiah.

Menteri BUMN, Erick Thohir, di Jakarta, pekan lalu, berharap PLN lebih fokus melakukan transformasi ke energi baru terbarukan, ketimbang masih tetap membangun pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang ke depan pasti akan dihentikan atau early retired karena tuntutan untuk mengurangi emisi karbon.

Menurut Erick, refocusing diperlukan untuk mendukung sejumlah program perusahaan seperti transisi fosil menjadi EBT hingga program transmisi kelistrikan.

"Refocusing tidak hanya di power, fosil diubah menjadi energi terbarukan, tetapi kita juga transmission, kita akan perbaiki karena ada hubungan dengan energi terbarukan, dan tentu retail sistem yang tentu kita harapkan tepat sasaran," kata Erick.

Berkaitan dengan transformasi, pemegang saham, kata Menteri BUMN, telah mendorong PLN bekerja sama dengan independent power producer (IPP) melalui kontrak power purchase agreement (PPA) listrik dari EBT.

Sebab itu, PLN harus bertransformasi dan bila target bisa direalisasikan, dia optimistis Indonesia akan jadi negara dengan nilai kompetitif yang tinggi.

Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, yang diminta pendapatnya dari Jakarta, Minggu (24/10), mengatakan PLN perlu melakukan refocusing belanja untuk menyehatkan perusahaan sekaligus mendukung target karbon pemerintah melalui peningkatan pemanfaatan energi hijau.

Refocusing belanja memang ditujukan pada ketercapaian energi bersih. Namun agar lebih ideal, refocusing belanja dapat menyasar pada empat hal, yaitu energi bersih, ketersediaan input secara berkelanjutan, terselesaikannya utang, dan pemenuhan kebutuhan kelistrikan.

"Keempat hal ini simultan dan dalam tataran makro tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya," kata Bambang.

Bisa Selamat

Sementara itu, Direktur Eksekutif Energi Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean, menegaskan PLN harus berbenah terutama dalam mengatasi tumpukan beban utang yang mencapai 500 triliun rupiah.

Beban utang tersebut jangan sampai makin menggunung karena keputusan manajemen yang kurang tepat dalam berinvestasi pada pembangkit yang berpotensi hilang di masa depan seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. "Dalam jangka panjang investasi ke energi hijau sudah tepat karena EBT sudah menjadi keniscayaan," kata Ferdinand.

PLN pun oleh berbagai kalangan diminta meninjau kembali Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, meskipun sudah memperbesar porsi pembangkit EBT menjadi 51,6 persen dibanding pembangkit energi fosil 48,4 persen


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top