Plasmodium vivax, Spesies Penyebab Malaria di Asia Tenggara
Foto: afp/ Sia KAMBOUSelama ini teori terkait malaria menyebutkan Plasmodium falciparum satu-satunya parasit malaria yang mempengaruhi evolusi genom manusia. Penelitian yang diterbitkan di Jurnal PLoS Medicine menengatang gagasan itu.
Foto : afp/ Sia KAMBOU
Ada kelainan darah tertentu penyakit keturunan yang memiliki prevalensi sangat tinggi di berbagai wilayah di planet ini. Salah satunya adalah Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) adalah kelainan darah bawaan yang sangat umum di wilayah Asia-Pasifik dimana malaria merupakan endemis, khususnya di Malaysia dan Papua Nugini.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Kedokteran PloS memungkinkan masyarakat dunia untuk berpikir bahwa ada hubungan antara cacat darah dan perlindungan terhadap malaria pada populasi ini.
Sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Ivo Mueller, peneliti di CRESIB, pusat penelitian ISGlobal, dan Walter + Eliza Hall Institute, telah melakukannya meneliti hubungan antara cacat genetik SAO dan parasit utama yang menyebabkannya malaria di kawasan Asia-Pasifik, Plasmodium vivax (P. vivax).
Foto : Istimewa
Sumber penyakit malaria ini berupa protozoa parasit dan patogen manusia, yang merupakan bagian dari empat spesies parasit malaria yang umumnya menyerang manusia. Untuk mengetahui bagaimana protozoa ini menjadi penyebab penyakit malaria para peneliti meneliti kejadian kasus malaria dalam tiga penelitian itu.
Sampel penelitian mencakup total 1.975 anak berusia 0 hingga 14 tahun di Papua Nugini. Mereka melihat anak-anak yang menderita SAO mempunyai perlindungan yang signifikan terhadap infeksi P. vivax.
“Dengan penurunan 46 persen kasus malaria pada bayi berusia antara tiga dan 21 bulan bahwa pada anak yang lebih besar penurunan risiko infeksi mencapai 55 persen,” jelas Ivo Mueller dikutip dari Live Science.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa P.vivax bertanggung jawab atas evolusi genetik ini yang melindungi terhadap malaria. Penemuan ini menantang teori yang selama ini diterima bahwa parasit penyebab penyakit malaria yang paling mematikan, Plasmodium falciparum, adalah satu-satunya parasit yang mampu mendorong evolusi genom pada manusia.
Foto : Istimewa
“Manusia dan parasit malaria telah berevolusi bersama selama ribuan tahun,” jelas Mueller.
Malaria telah menjadi kekuatan utama di dunia evolusi genom manusia, dengan mutasi genetik yang diberikan pada manusia perlindungan terhadap penyakit. Sampai saat ini masih diasumsikan bahwa Plasmodium falciparum, parasit malaria yang paling mematikan, adalah penyebab utama penyakit ini seleksi genetik pada manusia.
“Hasil kami menunjukkan bahwa P. vivax Sampai saat ini, penyakit ini dianggap sebagai bentuk penyakit malaria yang ‘jinak,’ namun penyakit ini lebih mematikan daripada yang diperkirakan sebelumnya. Pemikiran dan menyebabkan penyakit parah yang cukup untuk menimbulkan evolusi penting dalam wilayah yang paling banyak kehadirannya, di Asia-Pasifik,” terangnya.
Studi ini mungkin memiliki implikasi penting untuk desain dan pengembangan vaksin terhadap malaria yang disebabkan oleh P. vivax. protozoa ini dikenal menjadi penyebab malaria di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya.
“Kalau kita pelajari mekanisme yang membuat kelainan genetik SAO melindungi terhadap malaria P. vivax, kita akan dapat lebih memahaminya mekanisme infeksi dan lebih tepat mengidentifikasi target vaksin,” paparnya. hay
Berita Trending
- 1 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 2 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 3 Athletic Bilbao dan Barca Perebutkan Tiket Final
- 4 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 5 DJP Kalselteng Capai Target Penerimaan Pajak Empat Tahun Berturut-turut
Berita Terkini
- Tim Arkelog Mesir Umumkan Penemuan Arkeologis Baru di Dekat Luxor
- Biden Nyatakan Kebakaran Dahsyat Hutan California sebagai Bencana Besar
- Tiongkok Temukan Klaster Baru Strain Mpox
- Digelar Sederhana, PDIP Tak Undang Presiden Prabowo di HUT Ke-52
- Menhan dan BNPT Bahas Strategi Penguatan Pencegahan Terorisme dan Program Deradikalisasi