Lewis Endlar, Keele University
Dalam skema besar, 45 tahun bukanlah waktu yang lama. Jika kembali pada tahun 1980, misalnya, saya butuh waktu tiga minggu untuk menjalankan program komputer yang ditulis dalam bahasa pemrograman Cobol. Program tersebut bekerja menggunakan kartu berlubang, di mana setiap kartu mewakili satu baris kode. Jika terjadi kesalahan, kartu harus dilubangi berulang kali hingga akhirnya program dapat berfungsi dengan baik.
Seiring waktu, teknologi berubah dengan sangat cepat. Kini, ponsel saya memiliki kemampuan pemrosesan yang jauh melampaui komputer yang dulu memproses program Cobol itu. Dengan bantuan alat kecerdasan buatan (AI), ponsel yang sama bahkan mampu menerjemahkan bahasa secara langsung dalam panggilan telepon, disamping berbagai fitur canggih lainnya.
Dengan inovasi baru yang terus bermunculan, apa yang dapat kita harapkan dari dunia teknologi di tahun 2025? Berikut adalah tujuh perkembangan yang patut diperhatikan.
1. Agen AI datang
Di tahun ini, rasanya tidak mengejutkan jika kita akan melihat perkembangan besar lainnya dalam dunia kecerdasan buatan (AI). Salah satu area yang mungkin akan berkembang pesat adalah penggunaan agen-agen AI.
Agen ini adalah program pintar yang diberikan sebuah tugas khusus oleh manusia dan mereka bekerja mencari cara terbaik untuk mencapainya. Agen AI dapat menulis kode komputer, yang berpotensi mengubah cara kerja perusahaan teknologi dan memungkinkan orang tanpa keahlian coding canggih untuk mengembangkan program, aplikasi, atau gim.
Kamu mungkin juga akan melihat pabrik mobil tanpa manusia, yang sepenuhnya dioperasikan oleh robot berbasis agen AI. Di bidang lain, teknologi ini dapat menilai dan menyetujui pengajuan hipotek atau bahkan menggantikan aplikasi ponsel dengan antarmuka agen yang mampu menjalankan berbagai tugas pengguna.
Kombinasi agen AI dengan robotik bisa menjadi semakin revolusioner. Kita kini sedang mencapai titik saat robot tidak hanya meniru tugas manusia, tetapi juga bernalar dan bisa merespons secara langsung.
Salah satu kandidat tertemuka untuk mendukung teknologi agen AI ini adalah Optimus, robot humanoid yang dikembangkan oleh Tesla. Pendiri Tesla, Elon Musk menyatakan bahwa perusahaan mobil listrik tersebut akan mulai menggunakan Optimus untuk tugas-tugas internal mulai 2025. Bahkan, robot ini siap untuk dijual ke perusahaan lain pada 2026.
Teknologi ini sangat cocok untuk tugas-tugas industri seperti manajemen proyek. Firma konsultan Gartner memprediksi, pada 2030, sekitar 80% tugas manajemen proyek akan dijalankan oleh AI.
2. Personalisasi dengan bantuan AI
Pendidikan tradisional umumnya mengikuti jalur studi linear dengan durasi yang telah ditentukan, mulai dari titik masuk hingga kelulusan yang berlangsung selama beberapa tahun. Namun, dengan bantuan AI, kita dapat membayangkan program pendidikan yang sepenuhnya personal.
Program studi bisa dirancang khusus untuk setiap siswa berdasarkan pengalaman, keterampilan, dan kemampuan mereka. Personalisasi pendidikan berbasis AI ini sudah mulai dieksplorasi di Amerika Serikat.
Program ini tidak hanya dapat disesuaikan dengan konten dan kurikulum, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa dan bahkan kondisi emosional mereka. Misalnya, AI dapat menyesuaikan aktivitas pembelajaran berdasarkan berdasarkan kualitas tidur siswa, yang diukur dari jam tangan pintar.
Selain pendidikan, personalisasi berbasis AI akan diterapkan di berbagai sektor lain. Konsultan manajemen Accenture menunjukkan bahwa perusahaan swasta bisa melatih model bahasa besar (large language models)—teknologi di balik chatbot AI seperti ChatGPT—mereka sendiri.
Model ini dapat dilatih dengan data yang spesifik untuk area bisnis tertentu untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Namun, perusahaan-perusahaan ini harus menggunakan miliaran data.
Sebagai alternatif, model bahasa kecil atau small language models (SLMs) juga sedang dikembangkan untuk melakukan tugas-tugas spesifik dengan lebih efisien.
Model ini tidak memerlukan pelatihan dengan data sebanyak model besar dan membutuhkan daya komputasi yang lebih rendah. Artinya, model ini dapat digunakan dengan lebih mudah pada perangkat “edge” seperti ponsel pintar, tablet, dan laptop, tanpa bergantung pada sumber daya komputasi awan.
3. Menuju komputer kuantum yang praktis
Perkembangan dalam komputasi kuantum membuka jalan bagi mesin yang bisa menyelesaikan tugas kompleks di luar kemampuan komputer klasik. Fokus para peneliti saat ini telah beralih dari upaya memecahkan rekor jumlah unit pemrosesan dasar, yang disebut qubit, menuju ke arah pengoreksian kesalahan—saat ini sering terjadi pada komputer kuantum.
Adapun langkah ini merupakan sebuah kemajuan menuju komputer kuantum yang praktis dan memiliki keunggulan nyata dibandingkan mesin klasik.
4. Dunia fisik dan virtual yang semakin menyatu
Teknologi seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan mixed reality (MR) akan semakin banyak digunakan di tahun ini.
Virtual reality (VR) memungkinkan pengguna masuk ke dunia yang sepenuhnya diciptakan oleh komputer. Augmented reality (AR) menghadirkan elemen-elemen digital yang melengkapi dunia nyata dengan tetap mempertahankan visibilitas lingkungan sekitar.
Sementara itu, mixed reality (MR) merupakan perpaduan antara keduanya, menghasilkan “paduan” antara dunia fisik dan virtual.
Saat ini, sudah ada beberapa perangkat head-mounted devices (HMDs) yang bisa mendukung teknologi ini. Beberapa di antaranya adalah Apple’s Vision Pro dan headset Meta Quest.
Pada 2025, kita mungkin akan melihat produk-produk baru dan penyempurnaan produk inovasi dari perusahaan-perusahaan besar seperti Meta, Apple, dan lainnya.
5. Manfaat blockchain
Teknologi blockchain untuk menyimpan data di seluruh jaringan komputer, berpotensi memengaruhi rantai pasok dan berbagai sektor mulai dari perawatan kesehatan hingga keuangan.
Blockchain meningkatkan transparansi dan ketertelusuran, memungkinkan pelacakan produk dari sumbernya hingga ke tangan konsumen. Teknologi ini juga menawarkan tingkat keamanan dan efisiensi yang lebih baik melalui proses otomatis.
Di sektor kesehatan, data pasien dapat dikelola dengan lebih aman dengan teknologi blockchain. Pertukaran data bisa lebih lancar dan persediaan medis lebih mudah dilacak. Dalam dunia keuangan, teknologi ini menciptakan transaksi yang lebih cepat, kuat, dan murah, sekaligus mendorong inklusi keuangan.
Kelompok yang sebelumnya tidak terjangkau layanan perbankan kini berpeluang lebih besar untuk mengakses pinjaman atau layanan serupa.
6. Era komunikasi 6G dimulai
Tahun ini, kita akan menikmati konektivitas yang lebih cepat dengan kemunculan jaringan komunikasi nirkabel 6G. Proses standarisasi teknologi 6G diperkirakan akan dimulai pada 2025.
Standar global yang kompatibel menjadi faktor penting bagi keberhasilan implementasi teknologi ini.
7. Teknologi kendaraan otomatis yang semakin canggih
Teknologi kendaraan otonom juga diperkirakan akan mengalami banyak kemajuan dalam waktu dekat. Kendaraan ini memiliki enam tingkatan berdasarkan otonominya—dari tingkat 0 (sepenuhnya manual) hingga tingkat 5 (sepenuhnya otonom). Saat ini, taksi otonom yang dioperasikan di kota-kota Amerika Serikat seperti San Francisco berada di tingkat 4 (otomasi tinggi).
Kendaraan ini mampu menangani sebagian besar tugas mengemudi tanpa campur tangan manusia, meskipun masih memiliki beberapa batasan. Pada 2025, kita mungkin akan melihat kemajuan menuju tingkat 5, yang sepenuhnya otonom dan dapat beroperasi tanpa campur tangan manusia sama sekali.
Mercedes, misalnya, berencana meningkatkan kecepatan sistem mengemudi otomatis Drive Pilot mereka pada tahun 2025. Tesla juga sedang mengembangkan Robotaxi mereka, yang menurut Elon Musk akan tersedia sebelum 2027.
Teknologi di atas akan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia. Teknologi akan mampu menyelesaikan pekerjaan dan melaporkan hasilnya.
Inovasi teknologi akan menghasilkan efisiensi dan perubahan besar dalam dunia kerja. Kita juga akan melihat teknologi yang meningkatkan waktu luang dan kualitas hidup kita.
Lewis Endlar, Programme Director MSc Project Management and Lecturer in Business, Keele Business School, Keele University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.