Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produktivitas Pertanian l Digitalisasi dan Bioteknologi Kunci dari Revolusi Agrikultur

Petani Butuh Akses ke Teknologi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Revolusi agrikultur di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi dan riset perlu didorong mengingat luas lahan berkurang dan minat generasi muda menjadi petani rendah.

YOGYAKARTA - Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mendapat pengaruh langsung dari disrupsi revolusi Industri 4.0 yang berbasis teknologi informatika dan komputer. Lebih dari separuh pekerja di pertanian akan kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh mekanisasi tingkat lanjut.

Karena itu, universitas pertanian harus benar-benar menjadi penjaga gawang dari perubahan ini dan mentransformasi masyarakat. Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, menilai tuntutan dari era saat ini adalah kecepatan dan kreativitas. Menurutnya, sejumlah faktor seperti lahan, tenaga kerja, dan kekayaan hayati tidak lagi menjadi yang utama.

"Digitalisasi, bioteknologi, dan efektivitas proses menjadi kunci dari revolusi agrikultur dalam era ini," ujar Mensesneg dalam seminar hasil Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian VII bertema Peran Sumber Daya Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Namun, Pratikno menuturkan revolusi agrikultur telah mendominasi di Benua Eropa dengan bencana demografi sebagai pendorong utama. Jumlah penduduk usia produktif di Benua Biru saat ini lebih sedikit dibanding penduduk usia nonproduktif sehingga kebutuhan akan mesin yang lebih efisien menjadi lebih tinggi.

Sebaliknya, dia menuturkan Indonesia mengalami bonus demografi. Karena itu, revolusi di Eropa belum terlalu dirasakan di Indonesia. "Pertanian tradisional masih banyak ditemui di berbagai wilayah Indonesia," sebutnya. Pratikno menambahkan, permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah akses menuju teknologi dan bahan berkualitas.

"Teknologi sudah ada di Indonesia, tapi para petani di daerah tidak memiliki akses ke sana," ungkapnya. Hal itu terjadi, jelas Pratikno, akibat kondisi sosio-ekonomi masyarakat Indonesia yang plural. Dia mengungkapkan ketimpangan kelas sosial di Indonesia terlampau tinggi. "Makanya, isunya di sini bukan lagi availability, melainkan accessibility," tegasnya.

Karena itu, ujar Pratikno, petani lokal perlu didorong agar lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Menurutnya, tugas Fakultas Pertanian di masing-masing universitas menjadi garda depan yang menerima dan memproses dampak industri 4.0, sekaligus nantinya berperan untuk mendistribusikannya kepada para petani di daerah-daerah.

Terapkan Modernisasi

Sebelumnya, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTKTI) mendorong pemerintah untuk menerapkan modernisasi pertanian dengan perubahan paradigma yang mengedepankan teknologi dan riset untuk kesejahteraan petani. "Kami berharap, petani dari waktu ke waktu sudah terbiasa menggunakan teknologi sebagai upaya meningkatkan produksi.

Ini sedang kami kerjakan dalam tempo tidak terlalu lama," kata Ketua Umum HKTKTI, Moeldoko, dalam penutupan acara Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2018, beberapa waktu lalu. Mekanisasi di seluruh sektor pertanian juga bertujuan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil bumi sehingga pertanian Indonesia bisa bersaing di dunia.

Baca Juga :
Peluncuran Produk

Moeldoko mengatakan di negara maju, sektor pertanian memiliki kecenderungan menggunakan teknologi tinggi. Setiap benih, bibit, alat dan mesin pertanian selalu ditingkatkan dengan inovasi baru agar hasil buminya meningkat mengimbangi pertumbuhan penduduk. "Saya ingin menyampaikan bahwa negara yang memiliki tingkat kemajuan di pertanian pasti memiliki high innovation. Petani kita, pertanian Indonesia, hanya bisa berkembang karena teknologi. Sementara ini masyarakat kita masih hampir sebagian tradisional," kata Moeldoko yang juga Kepala Staf Kepresidenan ini. YK/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top