Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produksi Hortikultura - Penurunan Harga di Petani Dipicu Panen Raya dan Daya Serap Rendah

Petani Bawang Kembali Merugi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Penurunan harga bawang tersebut sebagai gambaran nyata kelirunya arah kebijakan pertanian nasional. Orientasi pembangunan pertanian selama ini masih terfokus pada ketahanan pangan semata. Padahal, kebijakan pangan seharusnya sudah ke level kedaulatan pangan.

"Tidak heran, kalau kita gak ke mana mana. Orientasi pembangunan lebih banyak pada upaya peningkatan produksi, tapi lupa pada yang memproduksinya," tegas Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, kepada Koran Jakarta, Senin (29/11).

Karena itu, dia meminta pemerintah mengubah paradigma pembangunan pertanian agar petani selaku produsen pangan ikut menikmati hasil dari jerih payah mereka. Menurut dia, apabila paradigma sudah keliru, itu akan berdampak pada implementasi kebijakannya. "Tentu di level teknis juga akan terganggu," ungkap Said.

Pekan lalu, Komisi IV DPR RI bersama Kementerian Pertanian (Kementan) berkunjung ke sentra produksi bawang merah di Brebes. Wakil Ketua Komisi IV, Anggia Erma Rini, selaku pemimpin tim, menerima keluhan dari kelompok tani bawang merah. Harga bawang merah di tingkah petani, di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kini merosot tajam.

"Harga bawang semula mencapai 15.000 rupiah, kini turun menjadi 7.000 rupiah per kg. Kondisi itu menyebabkan para petani merugi karena modal tanam dan hasil tidak sebanding," jelas Anggia dikutip dari laman resmi DPR RI.

Anggia menjelaskan anjloknya harga bawang merah sering kali juga disebabkan panen raya dan daya serap rendah. Di Brebes sendiri, serapan bawang merah hanya lima persen dari keseluruhan hasil panen.

Demi mencegah kejatuhan harga ketika musim panen tiba, Anggia meminta pemerintah berinovasi, salah satunya dengan meningkatkan ekspor bawang merah. Pasalnya, bawang merah hasil produksi Kabupaten Brebes sangat diminati pasar luar negeri. Terkait kebutuhan storage atau alat penyimpanan, pihaknya akan meminta Kementan lebih memperhatikan keluhan ini.

Wakil Bupati Brebes, Narjo, menyampaikan daerahnya terkenal sebagai sentral bawang merah terbesar di Indonesia dengan kontribusi produksi secara nasional sebesar 40 persen. Namun, harga bawang merah di tingkat petani sangat rendah. Selain itu, bencana banjir perlu dicari solusi untuk kepentingan petani.

"Dalam jangka pendek perlu dilakukan upaya untuk membantu serap panen petani sehingga tingkat harga membaik dan petani mendapat harga yang pantas. Perlu dibantu pemenuhan benih dalam rangka penanaman kembali lahan yang tidak panen akibat banjir sehingga petani dapat bangkit kembali ekonomimnya," jelasnya.

UMKM Pangan

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Retno Sri Hartati Mulyandari, menyampaikan penumbuhan UMKM adalah untuk menjaga stabilisasi harga produksi hortikultura pada saat harga murah, dikelola untuk menghasilkan produk. Harapannya, menurut Retno, harga bisa stabil dalam jangka panjang.

"Tantangan untuk pengembangan hortikultura pasti ada, apalagi di saat panen raya produksi berlimpah dan harga anjlok di tingkat petani. Kita harus menjadikan tantangan ini sebagai bagian yang harus dicari solusinya bersinergi harmonis lintas stakeholders, salah satunya dengan tata kelola pascapanen dan pengolahan yang tepat," pungkas Retno.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top