Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Brexit

Perusahaan Besar Mulai Tinggalkan Inggris

Foto : DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP

PROTES PM INGGRIS I Pengunjuk rasa anti-Brexit melakukan aksi di luar Gedung Parlemen, London, Kamis ( 29/8). Mereka memprotes keputusan PM Inggris yang membekukan parlemen.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Manuver Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, membekukan parlemen menjelang batas akhir keluarnya Inggris dari Uni Eropa, proses yang dikenal dengan Brexit, menuai kritik keras dari berbagai kalangan.

Berdasarkan kesepakatan, Inggris akan keluar dari blok Uni Eropa (UE) pada 31 Oktober nanti. PM Johnson pun menegaskan, negara itu tetap akan meninggalkan Eropa dua bulan lagi meskipun tanpa kesepakatan atau no deal Brexit.

Rencana Inggris hengkang dari UE dinilai bakal berdampak buruk bagi ekonomi Inggris. Sejumlah perusahaan besar dari berbagai sektor dikabarkan mulai meninggalkan London yang selama ini dijadikan pusat bisnisnya.

Euronews mewartakan hampir 100 perusahaan sudah direlokasi ke Belanda. Data Lembaga Investasi Asing Belanda (NFIA) juga menyebutkan 325 perusahaan lain tengah mempertimbangkan untuk pindah dari Inggris ke Negeri Kincir Angin tersebut.

"Ketidakpastian yang terus meningkat di Inggris Raya, dan semakin jelas kemungkinan (Brexit) tanpa ada kesepakatan, menyebabkan keresahan ekonomi besar bagi perusahaan-perusahaan ini," kata Komisaris NFIA Jeroen Nijland, Kamis (29/8).

"Itulah sebabnya semakin banyak perusahaan mengorientasikan diri mereka di Belanda sebagai basis baru yang potensial di pasar Eropa," imbuh dia.

Berbagai perusahaan itu terdiri atas lembaga keuangan, teknologi informasi, media, periklanan, penelitian dan kesehatan. Selain Belanda, sejumlah negara yang juga menjadi tujuan relokasi di antaranya Jerman, Prancis, Belgia, dan Irlandia.

Memicu Protes

Sementara itu, langkah PM Johnson membekukan House of Commons memicu kemarahan anggota parlemen dan barisan penentang Brexit tanpa kesepakatan. Kebijakan yang telah disetujui Ratu Elizabeth II itu telah memicu protes di seluruh negeri, tuntutan hukum, dan petisi berisi lebih dari satu juta tanda tangan.

Meski begitu, pemerintah Inggris mengatakan masih ada cukup waktu untuk membahas Brexit, meskipun masa reses parlemen diperpanjang selama lima minggu.

Ketua parlemen, Jacob Rees- Mogg, mengatakan kemarahan para anggota itu palsu, dan langkah Johnson sudah konstitusional dan tepat.

"Kegilaan kemarahan yang kita alami selama 24 jam terakhir, yang saya pikir hampir seluruhnya dikungkung, berasal dari orang-orang yang tidak pernah ingin meninggalkan Uni Eropa. Ini adalah periode kemarahan terbesar bagi mereka, atau kemarahan terkungkung, karena setelah 31 Oktober kita akan keluar," katanya dalam program Today di BBC Radio 4.

Anggota Partai Konservatif, George Young, telah mengundurkan diri dari perannya sebagai Baron Young of Cookham, sebagai protes atas pembekuan parlemen atau prorogasi itu.ang/SB/AFP/CNBC/WP

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top