Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Next is Now

Perubahan Paradigma Fesyen Sepanjang 2018

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sukses menghadirkan acara fashion akbar tahunan sejak 11 tahun lalu, kali ini Senayan City melalui rangkaian pagelaran Fashion Nation 12th Edition kembali hadir sebagai apresiasi untuk dunia fashion Indonesia.

Sederet desainer ikonik dan menginspirasi turut memeriahkan acara yang digelar pada 11 April hingga 22 April 2018. Tema Next is Now merupakan tema besar yang diusung oleh Fashion Nation tahun ini. Tema tersebut dipilih sebagai gambaran dengan banyaknya hal yang berubah di 2018 dan sebagai salah satu bentuk dalam memperlihatkan industri fashion di Tanah Air ke mata dunia.

"Next is Now merupakan sebuah ilustrasi untuk menandakan banyaknya perubahan baru yang hadir di Senayan City dan akan dimulai pada 2018 ini," tutur Halina, Leasing and Marketing Communications Director Senayan City.

Pada Opening Night Fashion Nation XII, Mel Ahyar, Tri Handoko, dan Priyo Oktaviano secara khusus dipilih untuk memamerkan karya rancangannya yang masing-masing berjumlah 15 looks.

Mel Ahyar dengan koleksinya yang diberi nama Vignette mengaku terinpirasi oleh salah satu seniman paling berpengaruh di dunia, yaitu Pablo Picasso. Ide Picasso mengenai cara baru dalam melihat sesuatu membuka pikiran Mel untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari karya sebelumnya. Sebuah koleksi yang menampilkan kolaborasi yang kontras mengenai anak-anak dan orang dewasa, memberikan sebuah gambaran menyenangkan mengenai masa lalu.

"Jadi Vignette ini bercerita tentang era 80-an, 90-an, yang intinya seperti balik ke masa kecil kita yang menyenangkan," jelas Mel.

Menggunakan material yang kerap digunakan pada era itu seperti denim, katun tebal, organdy, Mel mengaku tidak banyak mengalami kesulitan. "Tantangan untuk koleksi ini malah lebih ke menyenangkan karena saat membuat detail-detailnya itu seru banget," ceritanya.

Koleksinya yang ala 80an dan 90an didominasi dengan celana baggy pleated, oversized outer yang dilengkapi dengan manik-manik seakan menegaskan style tempo doeloe. Warna yang digunakan pun seperti merah bata, neo biru, jingga, hijau, hingga amber.

"Sedikit challanging juga saat proses detailing-nya karena menggunakan mika," ujar Mel.

Dengan hadirnya Fashion Nation XII, Halina mengharapkan desainer Indonesia mendapatkan ruang agar dapat menampilkan koleksinya. "Tetapi tidak hanya show saja, namun bisa bersaing juga dengan desainer luar," tambahnya.

Kembali ke Era 60-an

Setelah berbagi panggungya dengan Frederick Lee, desainer asal Singapura dalam malam pembukaan Fashion Nation 2016, Priyo Oktaviano kembali hadir dengan koleksinya bertajuk La Riviera.

Koleksi rancangannya ini membawa penonton kembali ke era 60an di sebelah selatan Prancis yang terkenal dengan nama Cote d'Azur. "Jadi lebih ke 60an dan lebih bermain detail dibordir dengan aplikasi bunga-bunga dalam koleksinya," tutur Priyo.

Detail-detail halus terlihat dalam rancangan yang menggunakan warna-warna krem, abu-abu, dan hitam yang terinspirasi dari foto vintage Jepang pada 1860 hingga 1900. Hal ini secara tidak langsung ikut mengisahkan transisi perpindahan waktu melalui warna yang dipilih Priyo dalam balutan koleksinya yang menggunakan bahan linen, tulle, dan organza.

Priyo mengaku sedikit mengalami kesulitan dalam proyeknya kali ini karena sudah tidak terlalu aktif di industri fashion. Namun, justru hal itu membuat dirinya tertantang. "Karena sudah tidak terlalu aktif di fashion sehingga menjadi tertantang untuk lebih bisa berkarya," katanya.

Priyo menampilkan 15 looks, yang kemudian dilanjutkan oleh penampilan dari rekannya, Tri Handoko pada malam pembukaan Fashion Nation XII.

Desainer kontemporer Indonesia Tri Handoko mempersembahkan A State With No Motion sebagai koleksi terbarunya dalam perhelatan Fashion Nation XII. Energi dari koleksi ini terinspirasi dari perasaan yang berkobar dari dalam hati manusia namun masih tetap terlihat tenang dan damai dari luar.

Filosofinya ini menjadi hal yang membuat sebuah keseimbangan yang sering dialami di dunia. "Jadi mengambil tema dari perasaan atau emosi manusia karena saya tertarik bercerita tentang itu dan merupakan pengalaman pribadi," jelas Tri.

Konflik pikiran dan emosi manusia yang bertabrakan terkadang menghasilkan sebuah pergolakan, dan pergolakan seperti itulah yang coba Tri utarakan melalui koleksinya yang banyak mengalami tabrak motif. Beberapa desainer kerap menghindari tabrak motif seperti yang Tri lakukan, namun Tri berhasil membuat karyanya menjadi suatu gebrakan untuk menjadi sedikit memberontak dari pakem yang sudah ada.

Memadukan Kontras menjadi Harmoni

L.tru sebagai salah satu label busana santun di Indonesia mengadakan sebuah pameran tunggal beberapa saat lalu untuk memberikan inspirasi gaya berpakaian yang menjunjung kreativitas untuk terlihat modis dan penuh gaya dalam kaidah busana modest yang tertutup, longgar, dan tidak menerawang namun masih tetap sejalan dengan alur tren mode masa kini. Hal itu tentulah tidak mudah, karena tren fashion terus bergerak secara dinamis setiap saat.

Pagelaran tunggal bertajuk Let's Talk ini bertujuan sebagai ajakan untuk berbagi kebaikan melalui L.tru Friends, sebutan fans untuk L.tru.

"Karena waktu pertama kali L.tru muncul baru menyapa, dan sekarang ingin lebih dekat dengan L.tru Friends, melalui Let's Talk agar lebih dapat," tutur Aju Isni Karim, Brand and Creative Director dari L.tru.

Dalam koleksinya kali ini, L.tru ingin memberikan statement sporty dan luxury dengan cara yang sesuai sebagai salah satu bentuk bahasa yang berbeda, melalui pakaian.

"Konsep, eksekusi, dan presentasi menjadi penting dalam suatu peragaan busana," kata Isni.

Material yang ia gunakan adalah velvet dan katun yang diramu dengan cutting dan tidak terlalu banyak menggunakan detail. Penggunaan warna yang digunakan pun lebih condong ke warna-warna luxury ala kerajaan seperti hijau zamrud, silver, dan lainnya.

Di sisi lain, penggunaan warna-warna sporty seperti warna yang lebih gelap semacam biru navy, abu-abu, dan hitam pun mendukung fashion statement yang ingin ditonjolkan dari L.tru.

Isni mengatakan kesulitannya dalam koleksi ini adalah lebih ke arah menggali ide untuk memadukan hal yang kontras seperti sporty dan luxury. "Jadi gimana memadukan hal yang kontras sehingga menjadi sesuatu yang harmoni," katanya.

Marketnya untuk koleksi kali ini adalah untuk perempuan yang baru memakai hijab, sebagai mana L.tru menobatkan Fenita Arie sebagai Brand Ambassador L.tru.

gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top