Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter

Pertumbuhan Ekonomi Butuh Stimulus

Foto : ANTARA/SIGID KURNIAWAN

PAPARKAN HASIL RDG - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto usai konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/2). Bank Indonesia memutuskan menahan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar enam persen.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kebijakan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,00 persen dengan suku bunga Deposit Facility 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility 6,75 persen dinilai sebagai keputusan yang tepat.

Chief Economist BNI, Ryan Kiryanto menilai langkah BI tersebut setidaknya didasarkan pada sejumlah pertimbangan mempertahankan kebijakan yang cenderung longgar atau dovish. Pertama, karena faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia meskipun ketidakpastian pasar keuangan global sudah berkurang.

Kedua, pertumbuhan ekonomi domestik yang stabil di kisaran 5,1 persen tetap membutuhkan stimulus untuk terus terjaga sejalan dengan momentum yang tepat saat ini. "Caranya, suku bunga kebijakan tidak boleh naik," ujar Ryan di Jakarta, Kamis (21/2).

Pertimbangan ketiga, papar Ryan, yakni, neraca pembayaran Indonesia (NPI) membaik untuk menahan tekanan sektor eksternal. Dengan ditahannya BI7DRR, maka capital inflows akan meningkat sehingga bisa memperbaiki NPI dan CAD sekaligus.

Keempat, pada awal 2019, posisi rupiah relatif menguat stabil karena capital inflows yang makin kencang. Kelima, laju inflasi yang rendah di bawah jangkar 3,5 persen atau tepatnya 2,82 persen yoy per Januari 2019 memberi ruang bagi otoritas moneter menahan BI7DRR. Keenam, stabilitas sistem keuangan (SSK) terjaga dengan baik dan solid disertai oleh fungsi intermediasi perbankan yang membaik serta risiko kredit terkelola baik, menjadi stimulus bagi bank sentral.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top