Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ekonomi Global

Pertengahan Tahun 2023, Dunia Diperkirakan Mengarah ke Resesi

Foto : SAJJAD HUSSAIN/AFP

Presiden Bank Dunia, David Malpass

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Kepala Eksekutif JP Morgan Chase & Co, Jamie Dimon, mengatakan Amerika Serikat (AS) dan ekonomi global dapat mengarah ke resesi pada pertengahan tahun depan. Inflasi yang tidak terkendali yang diikuti kenaikan suku bunga, invasi Russia ke Ukraina dan efek yang tidak diketahui dari kebijakan pengetatan kuantitatif oleh Federal Reserve merupakan indikator potensi resesi.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita bisnis sebuah stasiun televisi pada Senin (10/10) seperti dikutip dari Antara, Dimon mengatakan hal-hal tersebut sangat serius dan kemungkinan akan mendorong AS dan dunia dalam resesi 6-9 bulan dari sekarang.

Hal itu disampaikannya di saat bank-bank besar AS akan melaporkan pendapatan kuartal ketiga mulai Jumat (14/10). Sejauh tahun ini, indeks acuan S&P 500 telah kehilangan sekitar 24 persen, dengan ketiga indeks utama AS diperdagangkan di wilayah pasar bearish.

Dimon mengatakan S&P 500 bisa turun 20 persen lagi dari level saat ini, dengan penurunan 20 persen berikutnya kemungkinan akan jauh lebih menyakitkan daripada yang pertama.

Pada awal tahun ini, dia juga telah mengimbau investor agar bersiap menghadapi "badai" ekonomi. Pada Juni, Goldman Sachs juga telah memperkirakan 30 persen peluang ekonomi AS menuju resesi pada tahun depan, sementara para ekonom di Morgan Stanley menempatkan peluang resesi untuk 12 bulan ke depan sekitar 35 persen.

Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva juga memperingatkan meningkatnya risiko resesi global dan mengatakan inflasi tetap menjadi masalah setelah invasi Russia ke Ukraina.

"Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan," kata Malpass dalam dialog dengan Georgieva pada awal pertemuan langsung pertama kedua lembaga itu sejak pandemi Covid-19.

Dia mengutip perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju dan depresiasi mata uang di banyak negara berkembang, serta kekhawatiran inflasi yang sedang berlangsung.

Sementara itu, Georgieva, pekan lalu, mengatakan akan menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan global 2,9 persen pada 2023 ketika merilis World Economic Outlook, pada Selasa (4/10), karena guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, invasi Russia ke Ukraina dan bencana iklim.

IMF mencatat pelambatan aktivitas ekonomi di ketiga ekonomi utama dunia mulai dari Eropa yang terdampak hebat oleh harga gas alam yang tinggi, Tiongkok dari volatilitas perumahan dan gangguan pandemi Covid-19 yang menyeret turun pertumbuhan, dan AS yang dihadapkan pada inflasi dan kenaikan suku bunga.

Perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju, kenaikan suku bunga, risiko iklim dan berlanjutnya harga pangan dan energi yang tinggi sangat memukul negara-negara berkembang.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top