Pertamina Geothermal Targetkan Kapasitas Produksi 1.272 MW pada 2027
Pengembangan panas bumi oleh PT Pertamina Geothermal Eenergi (PGE) Area Kamojang di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/PGEJAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk menargetkan peningkatan kapasitas produksi hingga 1.272 Mega Watt (MW) pada tahun 2027 seusai perseroan resmi menyelenggarakan Initial Public Offering (IPO) pada 24 Februari 2023 lalu.
"Kapasitas produksi PGEO akan ditingkatkan lagi hingga 1.272 MW pada 2027, sebagai salah satu penggunaan dana hasil IPO. Hingga saat ini PGE telah berhasil mengaliri 2,08 juta rumah di Indonesia," ujar Corporate Secretary PGEO Muhammad Baron dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (17/3).
Entitas usaha PT Pertamina (Persero) berkode saham PGEO ini mengambil bagian pengelolaan 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) atau 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dan beroperasi di enam area. Adapun, sebesar 672 MW dioperasikan oleh PGEO dan sebesar 1.205 MW dikelola melalui kontrak operasi bersama atauJoint Operation Contract (JOC).
Indonesia memiliki kapasitas terpasang panas bumi terbesar kedua di dunia dan sudah dimanfaatkan sebesar 2.175,7 MW, yang mana 9 persen untuk Pembangkit Tenaga Panas Bumi (PLTP), yang diproyeksikan akan menyusul Amerika Serikat (AS) yang menduduki peringkat pertama dunia.
Baron menyampaikan potensi listrik yang dihasilkan oleh tenaga geotermal dapat mencapai 24 GW sehingga tidak menambah beban pemerintah dalam produksi listrik dikarenakan harganya yang kompetitif.
Dia melanjutkan keahlian dalam manajemen reservoir dan keberlanjutan pasokan uap PGEO dibarengi dengan kemitraan bersama mitra bisnis terkemuka dan terkenal memastikan standar operasi yang tinggi.
Selain itu,PGEO unggul dalam O&M (operationandmaintenance) melalui penerapan sistem manajemen dan teknologi digital.
"Pekerjaan yang konsisten dengan para ahli independen membuat pengembangan kompetensi berkelanjutan untuk semua personel O&M," ujar Baron.
Dalam kesempatan ini, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Yudha menyampaikan urgensi global dalam mengembangkan energi hijau menjadikan panas bumi bisa menjadi kunci dalam mencapai target untuk mengembangkan green economy melalui green energy dan green industry, serta mendukung Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan sepanjang tahun 2022 konsumsi listrik per kapita di Indonesia mencapai angka 1.173 Kilo Watt hour (KWh), atau naik 4,45 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar 1.123 kWh.
Kemudian, hingga tahun 2022 bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional tercatat 14,11 persen, atau naik 13,65 persen dari realisasi tahun 2021.
Kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 81,2 Giga Watt (GW) pada 2022, dengan PLTG/GU/MG sebesar 21,6 GW, pembangkit listrik EBT sebesar 12,5 GW dengan rincian PLTA sebanyak 6,6 GW, PLTP 2,3 GW, dan bioenergi sebesar 3 GW.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pasangan Andika-Hendi Tak Gelar Kampanye Akbar Jelang Pemungutan Suara Pilgub Jateng
- 2 Cawagub DKI Rano Karno Usul Ada Ekosistem Pengolahan Sampah di Perumahan
- 3 Kampanye Akbar Pramono-Rano Bakal Diramaikan Para Mantan Gubernur DKI
- 4 Transjakarta Beroperasi Hingga 23.00 Saat Timnas Indonesia Lawan Arab
- 5 Spanyol Ingin Tuntaskan Fase Grup UEFA Nations League dengan Kemenangan