Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Persekusi, Politik Rendahan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Para aktivis yang terlibat dalam kegiatan atau menjadi simpatisan partai sebaiknya tetap menjaga eleganitas dalam bertindak dan berperilaku. Kaum muda jangan mau digunakan sebagai alat partai atau kelompok tertentu untuk bertindak menyimpang demi mewujudkan gagasan-gagasan partai atau kelompok tertentu tersebut. Kaum muda harus berdiri di depan menjaga tindakan yang beradab dan bermoral.

Jangan sampai kaum muda mau diracuni elite-elite gaek yang nafsu berkuasa atau menyimpan hasrat jahat yang hanya mementingkan diri dan kelompok. Politisi atau elite-elite jahat tidak peduli, walau harus mengorbankan keadaban serta kesantunan pergaulan. Bagi mereka, yang penting tujuan tercapai.Berpolitik harus tetap santun, sopan, dan bermoral. Jangan sampai negara ini pecah karena ada kelompok-kelompok yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Kasus persekusi saat hari bebas kendaraan atau Car Free Day (CFD) menjadi keprihatinan luar biasa. Apalagi hal itu dilakukan sekelompok orang terhadap anak kecil dan seorang wanita. Walau akhirnya juga terhadap seorang dewasa yang mencoba menyelamatkan anak kecil. Di mana nurani para pelaku? Masa anak kecil dan wanita diperlakukan seperti itu. Coba membayangkan kalau anak dan ibu sendiri diperlakukan orang beramai-ramai seperti itu, bagaimana perasaannya? Ini adalah praktik politik rendahan yang mengabaikan kesantuan, belas kasih, dan tanpa perasaan.

Siapa pun yang di belakang dan para pelaku harus diusut tuntas. Jika ini dibiarkan, akan terus terjadi politik tanpa keadaban. Badan Pengawas Pemilu mendesak polisi segera menyelidiki persekusi atau intimidasi sekelompok orang berkaos #2019GantiPresiden terhadap orang berkaos #DiaSibukKerja di CFD, Minggu, 29 April 2018 itu. Polisi harus menindak tegas para pelaku tindak kekerasan atau persekusi.

Sebelumnya, dalam sebuah video yang viral di media sosial, tampak sekelompok orang berkaos #2019GantiPresiden mengintimidasi beberapa orang lain yang memakai kaus #DiaSibukKerja saat CFD di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu kemarin. Dalam video, seorang lelaki berkaos putih bertuliskan #DiaSibukKerja berjalan sambil disoraki orang-orang dewasa berkaos #2019GantiPresiden. Mereka mengipas-ngipasinya dengan pecahan 100.000 rupiah. Mereka mendesak agar mengakui telah dibayar supaya mau ikut gerakan #DiaSibukKerja. Intimidasi serupa dialami seorang ibu dan anak lelakinya.

Sebenarnya, persekusi tersebut selain memperlihatkan cara-cara tidak terpuji, juga justru menghancurkan gerakan mengganti presiden. Tindakan mereka membuat orang antipati. Padahal semestinya, untuk menarik massa, setiap gerakan harus dibuat sesimpatik mungkin. Mengipas-ngipaskan uang juga bisa justru menimbulkan persepsi mereka biasa dibayar atau pemain bayaran.

Sebab orang lain tidak berpikir bermain uang. Dengan mengipas-ngipaskan uang, bisa saja massa berpendapat, mereka secara tidak langsung memberitahu biasa bermain uang entah memberi atau menerima. Padahal semestinya dalam praktik apa pun, dijauhkan permainan uang. Satu-satunya harapan polisi bertindak cepat mengungkap para pelaku dan dalang di belakang mereka. Polisi harus bergerak cepat mengungkap permainan yang tidak simpati dan menimbulkan ketakuan terutama pada anak-anak tersebut. Orang dewasa mestinya tahu bahwa anak kecil tak boleh diintimidasi sesperti itu.

Marilah bertindak sesimpati mungkin, bukan malah menelorkan antipati. Apa pun tujuan sebuah gerakan kalau dilakukan secara tidak beradab hanya akan melahirkan antipati, dijauhi, dan tak diberkati Tuhan. Mari bermasyarakat secara santun, sopan, dan simpati. Jangan asal kuat, kuasa, dan berotot.

Komentar

Komentar
()

Top