Perpustakaan DPR RI Merindukan Suasana Ramai
SEPI PENGUNJUNG | Lantai 2 Perpustakaan DPR RI yang sudah direnovasi terasa sepi. Foto diambil Jumat (6/12).
Foto: KORAN JAKARTA/GADIS SAKTIKADi lantai satu Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang baru direnovasi, Gesuriana (56) menyandarkan tubuhnya pada kursi hijau. Ia menunggu itu diresmikan, agar kelak ramai didatangi orang.
Banyak yang tidak tahu bahwa perpustakaan yang telah ada sejak 68 tahun lalu itu sudah direnovasi. Nyaman adalah kata pertama yang diucapkan Gesuriana, saat disinggung soal suasana baru di tempatnya bekerja. "Dulu tidak seperti ini," ujar Staf Administrasi Perpustakaan DPR RI itu kepada Koran Jakarta di Perpustakaan DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (6/12).
Hari peresmian semakin dekat. Ia tak sabar menunggu pengunjung takjub dengan segala hal yang diperbaharui dan menunggu orang-orangkembali datang membaca buku referensi.
Gesuriana mengantar dan memberi gambaran sedikit mengenai keadaan bangunan kepada Koran Jakarta. Namun ia masih malu-malu. "Coba temui pustakawan yang berada di ruang rapat lantai dua," ungkapnya. Kemudian, ia kembali ke lantai satu, menuju kursi hijau itu.
Menunggu di lantai dua bukanlah persoalan yang sulit, banyak kursi yang tertata rapi dan buku tersebar di sekitar ruangan. Sampailah pustakawan keluar dari ruang rapat. Lalu dihampiri Pustakawan Mustika Wati dan Qatriatna Widiasti. Secara sukarela, mereka memberitahu informasi tentang bangunan tersebut.
Sejarah Perpustakaan DPR RI. Mulai berdiri sejalan dengan sejarah Parlemen (Volksroad) di Indonesia, tepatnya saat Indonesia masih berbentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Perpustakaan tersebut telah berpindah selama tujuh kali. Saat ini, di seberang Gedung Mekanik, yang dihimpit Bank Negara Indonesia (BNI) dan kantor Bidang Arsip dan Museum, pengunjung dapat menemukan bangunan tersebut.
Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai satu terdapat meja administrasi, kursi yang tertata rapi, koleksi koran, majalah, dan sebuah kutipan "Pengetahuan tanpa tindakan adalah sia-sia, dan tindakan tanpa pengetahuan adalah kegilaan (Abu Hamid al Ghazali)".
Menaiki satu tangga berikutnya menjadi jalan menuju lantai dua. Pemandangan koleksi buku yang tak bisa dibilang sedikit dapat ditemukan di sana. Koleksinya memuat buku ilmu hukum, politik, ekonomi, administrasi, pengetahuan alam, sastra, kamus, buku terbitan DPR RI, novel, jurnal, lembaran negara, risalah rapat legislasi, dan Staatblad atau lembaran negara zaman Volksraad.
Berbicara pengunjung, karyawan Sekretariat Jenderal (Sekjen) DPR RI, peneliti dari Pusat Penelitian DPR RI, tenaga ahli anggota DPR RI, dan mahasiswa menjadi yang paling sering berkunjung. Adapun untuk anggota DPR RI, bisa terbilang jarang.gadis saktika
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 2 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 3 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 4 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 5 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
Berita Terkini
- Puan: GKSB perkuat Indonesia di global lewat kerja sama antarparlemen
- Naik Signifikan 14%, Bandara InJourney Airports Layani 2,79 Juta Penumpang Pesawat Saat Libur Panjang
- Kemenpar ajak pekerja seni berkolaborasi untuk promosikan pariwisata
- Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- DPRD bentuk pansus guna percepat revisi perda akomodasi sekolah gratis