Perlu Antisipasi Trump Naikkan Tarif Lagi
Tak cukup hanya itu, Indonesia juga perlu mengantisipasi kemungkinan Presiden Trump kembali menaikkan tarif lebih tinggi pada barang impor dari Negeri Tirai Bambu itu mendekati pemilu AS tahun depan. "Ini mesti diantisipai agar kita bisa meminimalkan risiko dari dampak eskalasi perang dagang antara dua Raksasa Ekonomi Dunia itu," ujar ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, di Jakarta, Jumat (2/8).
Menurut Bhima, langkah antisipatif yang perlu dilakukan antara lain membuat insentif khusus untuk menarik relokasi industri dari Tiongkok, khususnya di sektor elektronik dan tekstil. "Kemudian, meningkatkan hambatan nontarif untuk proteksi pasar dalam negeri dari serbuan barang impor Tiongkok," jelas dia.
Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian Indef terhadap dampak perang dagang sebelumnya, kinerja ekspor Indonesia terpengaruh sebesar 0,24 persen dan pengaruh terhadap investasi mencapai 1,02 persen. Adapun produk ekspor yang bakal terkena dampak negatif, di antaranya kayu olahan, kertas, barang tambang, dan batu bara.
Di sisi lain, potensi Indonesia untuk mengambil celah ekspor dari perang dagang sebenarnya cukup besar. Misalnya, ekspor produk tekstil seperti pakaian jadi, barang dari kulit, dan elektronik yang berpeluang naik masing-masing 8,2 persen, 5,12 persen, dan 5 persen. "Tapi faktanya, kita terlambat memanfaatkan momentum karena Vietnam lebih dulu mengambil kesempatan," tukas Bhima.
Komentar
()Muat lainnya