Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perjuangan Menolong Orang-orang Terbuang

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Bunda Teresa, Inspirasi dari Seorang Perempuan Penyayang

Penulis : Anom Wani Wicaksana

Penerbit : C-Klik Media

Cetakan : November 2018

Tebal : 173 halaman

ISBN : 978-602-5448-47-8

Buku ini mengisahkan Bunda Teresa, salah satu inspirator kemanusiaan yang terus dikenang. Sulit menemukan manusia yang sepanjang hidupnya hanya untuk menolong sesama. Bunda Teresa tidak hanya berempati pada kaum lemah, miskin, dan dizalimi. Kepada orang yang zalim pun, prinsip kasih tetap dia utamakan dengan cara memberi maaf. Bunda tidak menyimpan dendam. Bahkan, dia berusaha mengarahkan orang kepada jalan keselamatan.

Orang kudus bernama asli Agnes Gonxha Bojaxhiu ini, fokus mempraktikkan nilai kasih di Kalkuta, daerah kumuh pinggiran India. Di sini tinggal ratusan ribu orang miskin, tunawisma, penderita lepra, dan anak-anak yang dibuang keluarganya.

Selain menyebarkan ajaran tentang menghadapi kehidupan yang benar, Santa Teresa secara suka rela membangun rumah sakit, permukiman layak huni, dan panti untuk anak-anak. Herannya, rumah sakit dia bangun berada di lahan kuil Hindu di Kalighat. Betapa ampuhnya gerakan kasih sayang yang Bunda sebarkan, sehingga tempat ibadah agama lain pun mengizinkan digunakan.

Kepala Ordo Cinta Kasih ini tidak segan mendekat, berbincang, menyentuh, serta memeluk pengidap lepra. Padahal banyak orang memandang, penyakit tersebut menjijikkan. Orang menjauh karena menular. Lepra juga dianggap kutukan.

Bagi Bunda Teresa, semua manusia layak dicintai karena saudara kita. Tuhan menciptakan manusia dan seluruh kondisinya sebagai faktor untuk saling terhubung dengan jalinan kasih. Tuhan menciptakan orang kaya agar bisa mengalirkan hartanya kepada orang miskin. Orang sehat harus mendekat untuk membantu orang sakit. Begitu pun dengan perbedaan lain, dicipta Tuhan untuk saling terhubung dan merengkuh, bukan untuk saling menjauh dan berperang.

Aspek cinta yang menggerakkan Bunda Teresa bersumber dari keyakinannya kepada Tuhan yang berhasil dimanifestasikan ke ranah humanis. Tak pelak, dimensi keimanan kepada Yesus sejajar dengan kecintaan kepada manusia. "Mengucapkan 'aku mencintai Tuhan' saja tak cukup. Kita harus mengucapkan 'aku mencintai tetanggaku'," katanya (hlm 135).

Paradigma demikian membuatnya melihat semua manusia sebagai kakak-adiknya, walau secara ras, agama, dan negara berbeda. Tidak ada tapal batas bagi cinta untuk merengkuh semua manusia. Dia juga berpesan agar mengerjakan hal biasa dengan cinta luar biasa, maka hal biasa tersebut akan menjadi luar biasa. Bandul cinta yang digerakkan Bunda Teresa beresonansi, menggema, dan memengaruhi hati jutaan orang seluruh dunia.

Popularitasnya mulai naik daun saat aksi cinta kasihnya terus membesar dan sulit disembunyikan. Seorang jurnalis bernama Malcom Muggeridge, pada tahun 1970 membuat film tentang kepedulian Bunda Teresa tersebut. Dia awalnya penganut agnostik. Namun karena kagum kepada Bunda Teresa, akhirnya memeluk Katolik. Dari tayangan film yang dia buat, Bunda Teresa dikenal makin luas. Akhirnya dengan cepat mendapat simpati, pujian, dan dukungan jutaan orang seluruh dunia.

Pada tahun 1979, Bunda menerima Nobel Perdamaian atas perjuangan kemanusiannya di Kalkuta. Saat penganugerahan, Bunda meminta perayaan makan mewah dibatalkan dan memohon agar diberikan kepada orang-orang melarat di Kalkuta. Pada tanggal 4 September 2016, Gereja Katolik menobatnya sebagai orang suci dan memberinya gelar santa.

Buku ini merupakan rangkuman jejak langkah cinta Santa Teresa sepanjang hidupnya. Sulit menemukan orang yang mencurahkan hidupnya untuk orang lain. Sulit mendapat orang yang mencintai semua manusia, tanpa terhalang sekat atribut sosial, teritorial, dan agama. Santa Teresa merupakan pilihan Tuhan yang kisah hidupnya penting dibaca untuk menggerakkan hati agar bisa meneladaninya.

Diresensi Miftahul Khoiri, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kali Jaga

Komentar

Komentar
()

Top