Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Fenomena Astronomi

Peristiwa Ledakan Nova yang Langka Akan Segera Terjadi

Foto : afp/ Pablo COZZAGLIO
A   A   A   Pengaturan Font

Penampakan pertama nova dari sistem bintang biner T CrB yang tercatat terjadi lebih dari 800 tahun yang lalu tepatnya pada 1217. Kini biner yang terdiri dari bintang raksasa merah dan katai putih yang saling mengorbit akan kembali mengalami ledakan nova.

Penampakan pertama nova dari sistem bintang biner T CrB yang tercatat terjadi lebih dari 800 tahun yang lalu tepatnya pada 1217. Kini biner yang terdiri dari bintang raksasa merah dan katai putih yang saling mengorbit akan kembali mengalami ledakan nova.

Aliran material, yang ditunjukkan sebagai awan merah yang menyebar, mengalir dari raksasa merah ke katai putih. Ketika raksasa merah bergerak di belakang katai putih, ledakan nova pada katai putih menyala, menciptakan bola material nova yang dikeluarkan yang ditunjukkan dengan warna jingga pucat.

Setelah kabut material menghilang, bintik putih kecil tetap ada, yang menunjukkan bahwa katai putih telah selamat dari ledakan. Di seluruh dunia musim panas ini, astronom profesional dan amatir sama-sama akan terpaku pada satu konstelasi kecil jauh di langit malam. Namun, bukan tujuh bintang Corona Borealis, "Mahkota Utara," yang telah memicu daya tarik tersebut.

Di langit nantinya ada titik gelap di antara bintang-bintang tersebut, tempat peristiwa nova akan terjadi dalam seumur hidup manusia yang ada saat ini. Saking terangnya, cahayanya sehingga dapat dilihat di Bumi dengan mata telanjang.

"Ini adalah peristiwa sekali seumur hidup yang akan menciptakan banyak astronom baru di luar sana, memberi kaum muda peristiwa kosmik yang dapat mereka amati sendiri, mengajukan pertanyaan mereka sendiri, dan mengumpulkan data mereka sendiri," kata Dr. Rebekah Hounsell, asisten ilmuwan peneliti yang mengkhususkan diri dalam peristiwa nova di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, AS. "Ini akan memicu generasi ilmuwan berikutnya," imbuh dia.

Bintang T Coronae Borealis dijuluki Blaze Star dan dikenal oleh para astronom hanya sebagai "T CrB", adalah sistem biner yaitu bintang raksasa merah dan katai putih saling yang terletak di Mahkota Utara (Northern Crown). Jaraknya dengan bumi mencapai sekitar 3.000 tahun cahaya. Sebuah jarak yang cukup dekat untuk dilakukan pengamatan.

Katai putih adalah sisa bintang mati seukuran Bumi dengan massa yang sebanding dengan Matahari. Sementara raksasa merah perlahan-lahan dilucuti hidrogennya oleh tarikan gravitasi yang tak henti-hentinya dari tetangganya yang lapar itu.

Hidrogen dari raksasa merah terakumulasi di permukaan katai putih, menyebabkan penumpukan tekanan dan panas. Hal ini memicu ledakan termonuklir yang cukup besar untuk meledakkan material yang terakumulasi itu.

"Untuk T CrB, peristiwa itu tampaknya terjadi lagi, rata-rata, setiap 80 tahun. Jangan membingungkan nova dengan supernova, ledakan terakhir yang dahsyat yang menghancurkan beberapa bintang yang sekarat," kata Hounsell menegaskan.

Dalam peristiwa nova, bintang katai tetap utuh, mengirimkan material yang terakumulasi melesat ke luar angkasa dalam sekejap yang menyilaukan. Siklus ini biasanya berulang dari waktu ke waktu, sebuah proses yang dapat berlangsung selama puluhan atau ratusan ribu tahun.

"Ada beberapa nova berulang dengan siklus yang sangat pendek, tetapi biasanya, kita tidak sering melihat letusan berulang dalam masa hidup manusia, dan jarang sekali yang begitu dekat dengan sistem kita sendiri. Akan sangat menyenangkan bisa duduk di kursi barisan depan ini," imbuh dia.

Penampakan pertama nova T CrB yang tercatat terjadi lebih dari 800 tahun yang lalu, pada musim gugur tahun 1217. Saat itu seorang pria bernama Burchard, kepala biara Ursberg, Jerman, mencatat pengamatannya terhadap bintang redup yang untuk sementara waktu bersinar dengan cahaya yang sangat terang.

Nova T CrB terakhir terlihat dari Bumi pada tahun 1946. Perilakunya selama dekade terakhir tampak sangat mirip dengan perilaku yang diamati dalam jangka waktu yang sama menjelang letusan tahun 1946. Jika polanya terus berlanjut, beberapa peneliti mengatakan, peristiwa nova dapat terjadi pada bulan September 2024.

Apa yang harus diperhatikan oleh para pengamat bintang? Mahkota Utara adalah lengkungan bintang berbentuk tapal kuda di sebelah barat konstelasi Hercules, idealnya terlihat pada malam yang cerah. Itu dapat diidentifikasi dengan menemukan dua bintang paling terang di Belahan Bumi Utara Arcturus dan Vega dan melacak garis lurus dari satu ke yang lain, yang akan mengarahkan para pengamat langit ke Hercules dan Corona Borealis.

Letusan itu akan berlangsung singkat. Setelah meletus, nova tersebut akan terlihat dengan mata telanjang selama kurang dari sepekan. Hounsell meyakini peristiwa itu akan menjadi pemandangan yang luar biasa untuk dilihat.

Pengamatan

Sementara itu kepala Laboratorium Fisika Astropartikel di NASA Goddard, Dr Elizabeth Hays, menyatakan pengamatan yang dilakukan masyarakat dunia merupakan bagian dari kesenangan dalam mempersiapkan diri. Mereka para pengamat bintang amatir akan mengamati fenomena tersebut dengan penuh antusiasme. Hasrat mereka terhadap fenomena luar angkasa ekstrem telah membantu mempertahankan kemitraan yang panjang dan saling menguntungkan dengan NASA.

"Ilmuwan warga dan penggemar antariksa selalu mencari sinyal-sinyal terang dan kuat yang mengidentifikasi peristiwa nova dan fenomena lainnya," kata Hays. "Dengan menggunakan media sosial dan email, mereka akan mengirimkan peringatan instan, dan bendera pun berkibar. Kami mengandalkan interaksi komunitas global itu lagi dengan T CrB," imbuh dia.

Hays adalah ilmuwan proyek untuk Teleskop Antariksa Sinar Gamma Fermi NASA, yang telah melakukan pengamatan sinar gamma dari orbit Bumi rendah sejak 2008. Fermi siap mengamati T CrB saat letusan nova terdeteksi, bersama dengan misi-misi berbasis antariksa lainnya.

Beberapa fasilitas yang diarahkan untuk pengamatan T CrB adalah Teleskop Antariksa James Webb NASA, Observatorium Swift Neil Gehrels, IXPE (Imaging X-ray Polarimetry Explorer), NuSTAR (Nuclear Spectroscopic Telescope Array), NICER (Neutron star Interior Composition Explorer), dan INTEGRAL (Extreme Universe Surveyor) milik Badan Antariksa Eropa.

Sejumlah teleskop radio dan pencitra optik berbasis darat yang akan terlihat adalah Very Large Array milik National Radio Astronomy Observatory di New Mexico, juga akan ikut serta. Secara kolektif, berbagai teleskop dan instrumen akan menangkap data di seluruh spektrum cahaya tampak dan tak tampak.

"Kami akan mengamati peristiwa nova pada puncaknya dan melalui penurunannya, saat energi tampak dari letusan memudar," kata Hounsell. "Namun, sama pentingnya untuk memperoleh data selama awal letusan jadi data yang dikumpulkan oleh para ilmuwan warga yang bersemangat yang sekarang mencari nova akan memberikan kontribusi yang dramatis pada temuan kami," kata dia.

Bagi para peneliti astrofisika, peristiwa nantinya akan menjanjikan kesempatan langka bagi para ilmuwan. Ledakannya akan memberi cahaya baru pada struktur dan dinamika ledakan bintang yang berulang seperti ini. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top