Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penguatan Riset

Peringkat Indeks Inovasi Global Korsel Melejit

Foto : AFP/HANDOUT/DEWAN KOTA GUMI

Petugas mengaktifkan robot petugas administrasi di gedung Dewan Kota Gumi, Korsel, baru-baru ini. Korsel membuat lompatan terbesar di antara 10 ekonomi paling inovatif di dunia dalam peringkat tahunan PBB.

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Korea Selatan (Korsel) membuat lompatan terbesar di antara 10 ekonomi paling inovatif di dunia dalam peringkat tahunan PBB, The Global Innovation Index (GII) yang diterbitkan pada hari Kamis (26/9), di samping prospek global yang suram untuk investasi inovasi.

Sementara peringkat pertama Swiss, diikuti Swedia dan kemudian Amerika Serikat, mempertahankan tiga posisi teratas dalam Indeks Inovasi Global 2024, Singapura menyalip Inggris untuk mengamankan tempat keempat.

Dikutip dari Barron, Korea Selatan merupakan negara dengan perubahan paling besar dalam 10 besar GII, naik empat peringkat ke posisi keenam, melampaui Finlandia, Belanda, Jerman, dan Denmark.

Kini telah memasuki edisi ke-17, pemeringkatan GII yang melibatkan 133 negara merupakan publikasi utama Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia atau World Intellectual Property Organization (WIPO), badan PBB yang menangani masalah paten dan inovasi. "Melihat lanskap global pada 2023, kami menemukan langit mendung dan cuaca suram," kata kepala WIPO, Daren Tang.

Publikasi Ilmiah

Ia mengatakan setelah tahun-tahun booming 2020 hingga 2022, pengeluaran penelitian dan pengembangan menurun, jumlah publikasi ilmiah menurun, dan investasi modal ventura kembali ke tingkat sebelum pandemi.

"Namun, kemajuan teknologi tetap kuat pada tahun 2023, khususnya di bidang yang terkait dengan kesehatan seperti pengurutan genom, serta daya komputasi dan baterai listrik. Penerapan teknologi juga semakin mendalam, khususnya di 5G, robotika, dan kendaraan listrik," kata Tang.

Di tengah kondisi keuangan yang semakin ketat, salah satu editor GII, Sacha Wunsch-Vincent, mengatakan perlambatan dalam investasi inovasi membuat prospek untuk tahun 2024 dan 2025 menjadi sangat tidak pasti.

"Ini terjadi setelah periode yang panjang, yang hampir merupakan zaman keemasan inovasi," katanya.

"Kondisi geopolitik tentu saja berperan. Suku bunga yang sangat tinggi, yang mengakhiri uang murah, juga merupakan bagian dari masalah ini. Kita benar-benar berada di persimpangan jalan dalam hal skenario investasi inovasi," jelasnya.

Swiss menempati peringkat pertama di GII selama 14 tahun berturut-turut. Dari 78 indikator yang digunakan untuk indeks tersebut, Singapura menduduki peringkat teratas pada 14 indikator, lebih banyak daripada negara lain, dan menyalip Amerika Serikat, dan sekarang berada di peringkat keempat dalam peringkat keseluruhan.

"Akan tetapi, meskipun Singapura semakin mendekati posisi tiga teratas, masuk ke dalam kelompok itu tetap merupakan tantangan," kata WIPO.

Terkait lonjakan Korea Selatan, Wunsch-Vincent mengatakan, perusahaan-perusahaannya harus memikirkan kembali strategi mereka di pasar telepon pintar, TI, dan semikonduktor, dengan beberapa teknologi yang cukup canggih muncul di negara tersebut lagi.

"Butuh waktu sekitar dua tahun bagi perusahaan-perusahaan ini untuk menyesuaikan diri dan menjadi lebih kuat, yang menjelaskan kenaikan peringkat ini," katanya kepada wartawan.

Tang menambahkan, Korea Selatan mendapat keuntungan dari regulasi yang berorientasi pada inovasi dan investasi swasta yang besar dalam penelitian dan pengembangan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top