Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 15 Jul 2021, 08:18 WIB

Perikanan Budidaya Terpuruk

Foto: istimewa

JAKARTA-Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui LPMUKP meminta pembudi daya ikan untuk lebih kreatif mengembangkan produk pangan ready to eat atau siap digoreng dan disantap saat sampai di tangan konsumen. Kreativitas ini menjadi solusi di masa pandemi Covid-19 yang berdampak pada sangat terbatasnya konsumsi ikan hidup.

Direktur Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) Syarif Syahrial mengatakan pandemi berpengaruh besar terhadap pasar hasil budi daya ikan. Hal itu disebabkan banyak rumah makan yang tutup lebih awal atau bahkan tidak beroperasi akibat pandemi.

"Misalnya warung pecel lele tutup lebih cepat. Dampak yang sama juga dialami pengolahan ikan di lokasi-lokasi wisata, karena kunjungan wisatawan turun drastis," jelasnya di Jakarta, Rabu (14/7).

Meski demikian, Syahrial tetap membuka peluang kepada para pembudi daya ikan lele untuk mendapatkan permodalan. Prosedurnya adalah dengan menyiapkan proposal yang dibantu oleh tenaga pendamping dari Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut. Hal itu ditegaskan dalam diskusi terkait Strategi Pengembangan Perikanan Budidaya Menuju Poros Maritim Dunia, Selasa (13/7).

Dia menerangkan, tenaga pendamping menjadi pembeda LPMUKP dengan lembaga permodalan lainnya. Keberadaan pendamping setidaknya mampu membantu para debitur atau calon debitur dalam merencanakan dan mengelola pinjaman dana bergulir. "Jangan sampai pembudidaya hanya tahu produksi, tapi tidak tahu pasarnya. Jangan sampai terjerat utang dari permodalan," ujar Syahrial.

Saat ini, LPMUKP memiliki 236 tenaga pendamping yang tersebar di 357 Kabupaten/ Kota. Pendampingan merupakan fitur utama lembaga pemerintah ini dalam memberikan layanan kepada masyarakat yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan.

Selain Direktur LPMUKP, juga hadir sebagai narasumber FGD Ketua DPP Hipmikindo Syahnan Phalipi, Ketua Komtap Bidang Perikanan IWAPI Jurika Fratiwi, dan Alan F Koropitan. Ketua DPP Hipmikindo membuka FGD mewakili Plt. Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Kemaritiman Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Aris Darmansyah Edisaputra.

Ketua Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Syahnan Phalipi menyebut konsumsi dalam negeri ikan yang hampir 54,5 kilo gram per kapita per tahun atau setara 14 juta ton per tahun. Semua didapat dari perikanan tangkap dan budidaya.

"Ini potensi yang luar biasa untuk melaksanakan ekspor. Bagaimana kita mengusai ekspor lele dunia. Kita berharap bisa melakukan riset dan mengembangkan jenis lele unggulan," katanya.

Tren Masa Depan

Tenaga Ahli Utama dari Kantor Staf Presiden (KSP) Alan F Koropitan mengucapkan masa depan perikanan Indonesia ada di budi daya, karena perikanan tangkap sudah stagnan. Ke depan, perlu disiapkan segala aspek dalam budi daya, seperti kolam, pakan, termasuk pembiayaan.

"Kita di dunia nomor dua produsen ikan, tapi data FAO (lembaga pangan dunia) tidak memasukkan kita dalam sepuluh besar pengekspor perikanan dunia. Sekiranya budi daya lele memiliki permasalahan di lintas Kementerian/Lembaga, maka bisa disampaikan ke kami untuk mendorongnya," pungkas Alan.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.