Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 26 Okt 2018, 01:00 WIB

Pergelaran Multikultural Lintas Negara

Foto: dok. KBRI Seoul

Dengan mengusung tema Magnificent Diversity, Tim Indonesia berhasil menjadi salah satu dari 3 negara terbaik pada Festival internasional tahunan bertajuk Itaewon Global Village Festival 2018 yang diselenggarakan selama dua hari penuh, pekan lalu, yang diikuti 38 negara di Itaewon, kawasan internasional paling terkemuka di Kota Seoul.

Festival yang tahun ini bertema Let's Beat, Itaewon sukses menyedot 1,4 juta pengunjung. Mereka berjejal di sepanjang jalan yang sengaja ditutup untuk kendaraan agar pengunjung dapat menikmati parade budaya, pertunjukan musik, tari, street food dan juga pameran kerajinan dari berbagai pelosok dunia. Selain itu, terdapat zona yang menawarkan kesempatan untuk menjelajahi pengalaman budaya unik dari berbagai negara peserta.

Indonesia yang digawangi Kedutaan Besar RI (KBRI) Seoul dengan melibatkan tak kurang dari 40 WNI yang tergabung dalam Kelompok Tari Tradisional Indonesia, Persatuan Pelajar Indonesia, Dharma Wanita Persatuan KBRI Seoul dan Paguyuban Kedaerahan Indonesia, serta Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan (Korsel) menampilkan keragaman budaya Indonesia dalam street parade. Mengenakan busana tradisional yang beraneka rupa, disertai dengan berbagai koreografi berbagai line dance khas Indonesia, peserta Indonesia tak ayal sukses membuat para penonton berjejal dan ikut bergoyang sambil bertepuk tangan. Mereka pun terlihat mengantre untuk dapat berfoto bersama.

Penonton juga tak putus bertepuk tangan saat Tari Sabalah asal Sumatera Barat dan Tari Topeng Kelana mengisi panggung utama.

Sementara itu di sudut yang lain, berbagai kerajinan dari pelosok Nusantara juga tersedia di stan Indonesia. Berbagai tampilan Indonesia ini tak pelak diganjar panitia sebagai salah satu dari tiga negara peserta terbaik dan berhak mendapatkan medali perunggu serta berbagai hadiah hiburan lainnya.

Wakil Kepala Perwakilan RI Seoul, Siti Sofia Sudarma, menyambut baik raihan ini. "Indonesia dengan segudang kekayaan budayanya memang layak dinobatkan menjadi salah satu yang terbaik. Walau tidak seperti negara lainnya yang secara khusus menerbangkan seniman profesional dari negara masing-masing, Indonesia salah satu yang menjadi magnet," ungkapnya.

Ditambahkan Sofia, selain untuk mempromosikan citra Indonesia sebagai negara dengan kekayaan multikulturnya, festival ini juga dimanfaatkan KBRI Seoul sebagai ajang penyaluran kreativitas dan pembinaan berbagai potensi seni dan budaya masyarakat Indonesia di Korsel.

Festival yang telah berlangsung sejak 2008 ini diselenggarakan oleh Asosiasi Kawasan Pariwisata Itaewon yang didukung penuh oleh Kantor Pemerintah Distrik Yongsan, Seoul, di mana kawasan Itaewon berada.

Itaewon Global Village Festival diadakan setiap musim gugur. Festival ini bertujuan untuk mengukuhkan Korsel sebagai negara tempat bertemu dan berkembangnya berbagai tradisi budaya, baik budaya asli Korsel maupun budaya asing.

Festival ini juga menjadi salah satu perayaan internasional paling terkenal di Seoul. "Festival ini memang dikemas sebagai acara multibudaya di mana semua orang yang hadir akan belajar dan mengalami budaya yang berbeda," tutur Mr. Sung, Kepala Distrik Youngsan dalam sambutannya.

Selama festival berlangsung, berbagai sajian budaya dipertontonkan di tiga panggung yang berbeda. Berbagai aliran musik, tari, drama dan permainan unik hingga pentas K-pop tanpa henti memanjakan pengunjung.

Itaewon adalah sebuah permukiman (dong) yang terletak di Distrik Youngsan-gu, Kota Seoul, Korsel. Sekitar 22 ribu orang tinggal di kawasan ini. Perwakilan asing juga banyak berkantor di sana. Selain itu, terdapat banyak restoran mancanegara yang dibuka oleh imigran asing di Itaewon seperti dari India, Thailand, Timur Tengah, Meksiko dan juga Indonesia. uda/R-1

Kota yang Unik

Itaewon, yang dijuluki kabupaten orang asing, kota unik karena merupakan area utama bagi warga asing yang tinggal di Seoul. Itaewon menawarkan sensasi keanekaragaman budaya hampir dari seluruh dunia. Mayoritas penduduk Itaewon adalah orang-orang muslim dari seluruh negara yang sedang berada di Korsel.

Di sepanjang jalan Itaewon banyak restoran dengan label halal yang dibuka imigran muslim seperti India, Malaysia, Mesir, Turki, Indonesia, dan lain-lain. Di Itaewon juga terdapat beberapa minimarket yang menjual daging sapi dan daging ayam halal. Tidak heran jika turis-turis muslim menjuluki Itaewon sebagai surga makanan halal.

Siti Sarah adalah salah satu restoran Indonesia yang berada di Itaewon. Meskipun restoran ini ditulis sebagai Melayu and Egyptian Food tapi makanan yang disajikan sebagian besar adalah makanan khas Indonesia, seperti mi goreng, nasi goreng, bakso, sate, dan pecel lele. Tak heran mengapa banyak pengunjungnya orang Indonesia.

Ketika merasa rindu pada Tanah Air dan terasa lelah karena harus bicara lama menggunakan bahasa Inggris, maka restoran ini adalah tempat yang layak dikunjungi. Soalnya, di sini Anda dapat berbicara menggunakan bahasa ibu dengan pengunjung yang berasal dari Indonesia sambil menikmati makanan/ minuman khas Indonesia.

Maka dari itu, sebagian turis menjadikan Itaewon sebagai rumah kedua karena mereka dapat merasakan budaya negaranya di Itaewon.

Yang sangat terkenal di Itaewon adalah Seoul Central Mosque. Ini masjid pertama di Korea yang dibangun pada 1974 dengan bantuan dana dari negaranegara Islam. Seoul Central Mosque adalah masjid terbesar di Korsel.

Selain menjadi tempat ibadah untuk penduduk muslim di Korsel, masjid ini juga dijadikan tempat wisata warga Korsel yang sekadar ingin melihat uniknya kehidupan di Itaewon.

Melaksanakan salat lima waktu di masjid ini sangat berbeda karena ibadah akan dilaksanakan bersama dengan orang-orang muslim dari belahan dunia lain. Setiap hari Jumat Anda akan lihat keunikan dari masjid ini. Semua warga Itaewon dengan tinggi badan, warna kulit, dan bahasa yang berbeda akan datang berbondong- bondong ke masjid untuk melaksanakan ibadah salat Jumat.

Mereka akan membentuk barisan yang rapi sampai ke teras dan halaman masjid. Perbedaan bukanlah hal yang aneh di Itaewon, bahkan jika Anda menggunakan pakaian tradisional pun tak ada orang yang akan memandang Anda dengan tatapan tanda tanya. Hal ini yang membuat Itaewon dikenal dengan sebutan Itaewon Freedeom atau kebebasan di Itaewon. Itaewon dengan keanekaragaman budaya di dalamnya sungguh memiliki daya tarik bagi siapa saja yang menghargai perbedaan. uda/R-1

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.