Perempuan dan Rona Melayu dalam Lembayung Pagi
Foto : istimewa
Perjumpaan kami hanya lewat bunyi, keheningan dan nafiri rindu. Setiap waktu kami saling berkabar lewat batin. Atau, puisi yang mengalir lembut di nadi-nadi perasaan. (h. 8, Lembayung Pagi, 30 Tahun Kemudian).
Latar belakang kepenyairannya sangat berpengaruh pada bait-bait kalimat indah dalam cerpennya yang bila dibaca seperti pilihan kepingan puisi. Bahkan pada salah satu cerpennya "Kuburan Masa Lalu" (h. 123) tertuliskan sebait puisi sebagai penutup cerita dan inilah kelebihan penulis atas cerpen-cerpennya.
Lelaki itu tiba-tiba tersungkur.
Tak kuat menahan sesak napasnya.
Baca Juga :
Apa Guna HET Minyak Goreng?
Ia tiba-tiba pergi begitu saja.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya