Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perempuan dan Rona dalam Cerita Melayu

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Seketika. 'Kembalilah ke masa lalumu, Sri!' Senyumnya seolah-olah berkata. Selebihnya ...Hanya sunyi."

Dalam cerpen Kemboja Merah di Pekarangan (hal 29) dan Pinang Merah di Halaman (hal 135) menginatkan pada cerpen berjudul Sebatang Ceri di Serambi. Cerpen tersebut yang juga terhimpun dalam buku dengan judul yang sama berhasil meraih beberapa penghargaan berupa "Buku Pilihan Anugerah Sagang Tahun 2007" dan masuk nominasi "Khatulistiwa Literary Award" pada tahun yang sama.

Dari judul-judul dapat ditangkap, upaya menuliskan ide-ide cerita dengan sesuatu yang dekat berupa halaman, pekarangan, dan serambi. Dengan menceritakan sesuatu yang dekat akan muncul empati.

Simbol-simbol pepohonan khas Melayu menjadi latar untuk memikat seperti kamboja merah dan pinang merah. Bahkanm lewat dua pepohonan ini, dibenturkan dengan beragam mistik sebagai realitas yang masih terpelihara di tengah-tengah masyarakat. Hal ini terlihat dalam sebaris kalimat, "Kualat nanti Kak Mai. Kata nenek dulu, orang yang bertanam kemboja merah di pekarangan, jodohnya di suruk hantu jembalang," sela Martuti (hal 30).

Buku juga menyajikan menyajikan sesuatu yang jauh menjadi dekat. Disentuhnya sisi-sisi humanisme lewat cerpen Kalau Aku Perahu, Kaulah Gelombang Itu, Nguyen (hal 89) dan Bulan Jatuh di Orchard Road (hal 99). Cerpen ini diyakini hadir dengan detil seting tempat dan psikologis masyarakat telah lewat riset mendalam.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top