Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perempuan dan Arah Kebangsaan

Foto : koran jakarta/ ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Siti Muyassarotul Hafidzoh

"Persatuan Indonesia mencerminkan susunan negara nasional bercorak Bhinneka Tunggal Ika, bersatu dalam berbagai suku bangsa, yang batasnya ditentukan dalam Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Dasar ini menegaskan sifat Republik Indonesia sebagai negara nasional, berdasarkan ideologi sendiri" (Bung Hatta). Pernyataan Bung Hatta ini menjadi refleksi sangat penting bagi perempuan dalam momentum Hari Perempuan Sedunia (HPS) 8 Maret 2018 lalu. Perempuan harus menjawab tantangan kebangsaan hari ini karena kebinekaan makin dipersoalkan sebagian kelompok bangsa.

Perempuan jangan sampai diam diri karena kebinekaan keniscayaan warisan leluhur. Di samping itu, kehadiran smartphone yang banjir hoax sangat membahayakan bangsa dan persatuan Indonesia. Bung Hatta dalam "Pancasila Jalan Lurus" mengajak kaum perempuan untuk peduli terhadap masa depan dan kebinekaan, sehingga Indonesia tetap teguh dan kuat menjaga ideologi. Perempuan harus hadir dalam digital di tengah meluruhnya arah kebangsaan generasi milenial. Dari riset Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Januari 2018, dikabarkan, generasi milenial banyak tertarik literatur keislaman bercorak radikal.

Ada lima corak literatur keislaman yang umumnya diakses generasi milenial. Mereka bercorak jihadi, tahriri, salafi, tarbawi, dan islamisme popular. Kelima corak tersebut berpola piramida terbalik. Artinya, dari atas (puncak) ke bawah semakin banyak peminatnya. Penelitian di 16 kota Indonesia ini menjadi catatan serius kaum perempuan dalam menentukan kiprah saat ini. Generasi milenial sangat berbahaya karena menyukai bacaan yang instan, gampang jadi, dan tanpa berpikir panjang. Bacaan yang serba-instan sangat berpengaruh terhadap perilaku generasi milenial dalam menyikapi berbagai problem kebangsaan.

Inilah yang mesti menjadi catatan bersama, khususnya kaum perempuan yang menjadi ibu anak-anak. Perempuan harus mengajak generasi milenial menuju semangat perjuangan membela bangsa dan negara. Ini bisa dilakukan lewat dunia digital. Jangan sampai anak muda generasi milenial terpuruk dalam jebakan radikalisme. Ini sama saja menjadi pengecut dan takut dengan falsafah bangsa sendiri. Berbekal falsafah Pancasila, kaum perempuan bisa mengarahkan generasi milenial menjadi agen literasi digital untuk menguatkan arah kebangsaan.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top