Perempuan Berperan Lawan Ekstremisme
Direktur Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid
Indikator keempat adalah penerimaan terhadap tradisi. Ini dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam membuka diri untuk menerima tradisi dan budaya lain. "Yang penting atau sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama," katanya.
"Sayang, banyak perempuan yang sekarang malah menjadi aktor ekstremisme," ujar Alissa.
Pada tahun 2015, Kelompok ISIS membuat pernyataan bahwa perempuan boleh terlibat di garis depan. Hal ini merupakan ancaman paling ekstrem bagi perempuan dalam konteks persatuan bangsa.
Sebagai respons atas kondisi tersebut, Alissa Wahid mengajak para perempuan untuk berperan aktif memperkuat kesadaran hidup bersama dengan warga lainnya berlandaskan semangat Bhinneka Tunggal Ika. "Bersama-sama memperkuat kesadaran hidup bahwa kita ini hidup sebagai warga negara dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika," tandasnya.
Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Komentar
()Muat lainnya