Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Sektor Keuangan | Bank Domestik Tetap Harus Waspadai Dampak Kolapsnya SVB

Perbankan Perlu Jaga Likuiditas

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kasus kolapsnya sejumlah perbankan global, termasuk Sillicon Valley Bank (SVB), dapat menjadi pembelajaran bagi perbankan Indonesia. Karena itu, perbankan diminta menyiapkan upaya mitigasi, termasuk dengan menjaga likuiditas.

"Bagi industri, ada beberapa hal mendasar yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan prinsip kehati-hatian yang akan menjadi pembelajaran bagi kita di tengah-tengah kondisi yang tidak kondusif ini," ujar Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bambang Widjanarko, dalam diskusi virtual LPPI yang dipantau di Jakarta, Kamis (6/4).

Menurut Bambang, persoalan yang dihadapi oleh SVB berkenaan dengan risiko reputasi, konsentrasi, pasar, dan likuiditas. Karena itu, perbankan Indonesia dapat menyiapkan langkah antisipasi dengan memperhatikan keempat risiko tersebut.

Misalnya, lanjut Bambang, untuk menghadapi risiko reputasi, perbankan dapat menyiapkan pengelolaan informasi publik yang baik. Selain untuk menjaga reputasi, pengelolaan informasi publik juga dapat menjaga sistem keuangan serta kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.

Kemudian, terkait risiko konsentrasi, perbankan perlu menjaga eksposur risiko yang terkonsentrasi pada sumber pendanaan, penyaluran dana, maupun debitur tertentu. Perbankan juga perlu mengantisipasi perubahan nilai aset, terutama yang disebabkan oleh perubahan harga dan suku buka, guna terhindar dari risiko pasar.

Sedangkan untuk mengantisipasi risiko likuiditas, perbankan perlu melakukan pemantauan likuiditas, pengelolaan aset dan liabilitas, serta meninjau opsi likuiditas yang dimiliki oleh bank.

Sementara itu, Bambang menyampaikan OJK sebagai regulator juga telah mempersiapkan sejumlah langkah sebagai respons dari kejatuhan perbankan global. Salah satunya adalah memprioritaskan stabilitas sistem keuangan (SSK) dan risiko sistemik sebagai langkah antisipasi.

Selain itu, sejumlah aspek lain yang juga menjadi perhatian regulator adalah kondisi likuiditas makro yang cukup, peran dan fungsi penjaminan, serta kerangka regulasi yang cepat, tepat, dan terukur.

Jaga Likuiditas

Pada kesempatan sama, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Royke Tumilaar, mengingatkan perbankan Indonesia tetap menjaga likuiditas guna menghindari kegagalan seperti yang dialami sejumlah perbankan global, di antaranya SVB dan Signature Bank. Dalam situasi pasar yang rentan, lanjut Royke, hal pertama yang perlu diperhatikan oleh perbankan adalah kondisi likuiditas. Bank harus mampu mengelola likuiditas dari sisi strategi dan mitigasi risiko.

Royke menjelaskan pengelolaan risiko likuiditas perlu memperhatikan liquidity backstop atau penyangga likuiditas yang kuat dan fleksibel sehingga dapat dieksekusi pada berbagai kondisi. Kemudian, bank juga perlu menjalankan Liquidity Contingency Plan (LCP) atau rencana pendanaan darurat untuk penanganan kondisi krisis likuiditas yang dialami bank secara rutin. Adapun untuk mengantisipasi risiko pasar, bank perlu bersikap proaktif dalam mengelola aset dan liabilitas.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top