Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Eksplorasi Destinasi

Peran Akademisi untuk Sektor Pariwisata Indonesia

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sektor pariwisata memiliki andil yang besar dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas untuk mengelola sumber daya alam (SDA ) Indonesia yang melimpah ini.

Tak dipungkiri keindahan alam Indonesia luar biasa indah, dunia pun mengakuinya. Bahkan potensi sektor pariwisata pada 2019 diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia yaitu 24 miliar dolar AS, melampaui sektor migas, batubara dan minyak sawit.

Hanya saja potensi keindahan alam Indonesia belum tereksporasi luas, artinya masih terkonsentrasi di beberapa lokasi. Ini tantangan yang tidak mudah. Karena bagi industri pariwisata destinasi merupakan produk utama.

Kemudian tantangan lainnya bujet promosi pemerintah terbatas, lokasi yang tersebar luas dan kesulitan akses serta infrastruktur menjadi tantangan yang harus dicarikan solusi, dengan melibatkan banyak pihak, salah satunya akademisi.

Ketua Yayasan Lembaga Bina Pendidikan Pariwisata (LBPP), Parlagutan Silitonga kepada Koran Jakarta menceritakan, ada gap besar antara tenaga kerja profesional dengan SDA pariwisata.

"SDM di sektor pariwiata yang diutamakan harus kompeten. Tak hanya lulusannya tapi juga tenaga pendidiknya. Itu sebabnya selain kita menyiapkan kurikulum terbaik, pihak pengajar juga harus berkualitas," jelasnya di sela acara seminar nasional 'Pemberdayaan Sumber Daya di Tengah Kemajuan Teknologi untuk Keberlanjutan Pariwisata di Indonesia' di Jakarta, belum lama ini.

Berdasarkan penelitan, Parlagutan menceritakan link and match (LaM) antara dunia pendidikan dan industri berasal dari gurunya, memang ada proses kurikulum pembelajarnya yang berlangsung, tapi guru berkualitas itu penting sebagai tenaga pengajar.

Alhasil, koordinasi dari Kemenpar sebagai kementerian teknis pun digabungkan dengan kualifikasi riset yang dituntut Kemenristekdikti. Maka dosen diminta untuk membuat riset dan tulisan, termasuk di jurnal internasional. "Hasil penelitian ini nanti akan digunakan pemerintah," terangnya.

Selain itu dalam rangka menyiapkan tenaga pekerja pariwisata, Parlagutan memaparkan sebagai pihak akademisi, sebenarnya di ruang pendidikan pariwisata sudah melakukan LaM sejak 2010, dan dibuktikan dengan dihadirkannya sertifikasi profesi di tahun tersebut.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisman pada 2019 adalah 20 juta orang. Data per Oktober 2018, sudah ada 14,5 juta wisman yang bertandang, sehingga optimistis bisa mencapai target 17 juta di akhir 2018.

Parlagutan yakin dari sisi tenaga kerja pun akan berdampak positif. Jumlah tenaga pekerja yang terserap di sektor wisata tahun lalu sebanyak 12 juta jiwa. Tahun ini sebesar 12,6 juta orang. Tahun depan sebesar 13 juta orang. Hal itu tidak terlepas dari tren pertumbuhan wisata di Indonesia sebesar 22 persen, di bawah Vietnam yang menduduki posisi pertama di ASEAN sebesar 25,2 persen. ima/R-1

Berdayakan Masyarakat

Dalam kesempatan sama, Komang Mahawira, Kabid Pemasaran Area I (India) Regional 3, Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata II Kemenpar menceritakan, Indonesia punya banyak potensi destinasi wisata, tapi belum terpromosikan.

"Kita tidak mungkin membangun semua potensi sumber daya pariwisata di Indonesia karena berbagai keterbatasan. Itu sebabnya kita membuat 10 Bali baru. Peran akademisi bisa masuk melalui penelitiannya, misalnya soal pemasaran bagaimana melihat peluang satu objek wisata di negara lain, karena wisman di tiap negara punya kesukaan masing-masing, kemudian potensi pariwisata mana yang sekiranya siap dikembangkan," cerita Komang.

Parlagutan menambahkan, pengembangan pariwisata juga harus berbasis masyarakat, karena selain lebih ramah anggaran, masyarakat dapat terlibat langsung sekaligus menikmati industri pariwisata. "Ini yang terjadi di Bali sebenarnya, bisnis home stay di sana sangat potensial, tinggal bagaimana membenahi," paparnya.

Melalui pemberdayaan masyarakat destinasi populer wisatawan asing sebenarnya juga bisa berdampak pada daerah lain, misal di Jakarta yang menyerap 30 persen wisatawan asing. "Menurut penelitian kita, Kepulauan Seribu, Muara Gembong Bekasi harusnya bisa menjadi objek wisata yang menyerap wisatawan asing itu. Itu sebabnya kolaborasi untuk membangun pariwisata Indonesia harus lebih digalakkan," tandasnya. ima/R-1

Solusi Analisis Bisnis Canggih

Pada kesempatan berbeda, Yellowfin mengumumkan keberadaan Yellowfin Signals dan Yellowfin Stories di pasar guna mendukung pelanggan menemukan, memahami, dan bertindak pada peluang-peluang bisnis potensial, secara lebih cepat dan akurat.

Secara teknis, kedua solusi ini memiliki keunggulan yang cukup spesifik, seperti Yellowfin Signals dapat menemukan secara otomatis dan menyusun segera perubahan penting data bisnis, seperti peningkatan tajam yang mendadak dan perubahan tren.

Kemudian melalui temuan itu, solusi ini akan memberi sinyal kepada pengguna agar sesegera mungkin mengambil tindakan. Seluruh tahap ini dicapai pengguna tanpa melakukan identifikasi (login) ke dashboard atau melakukan penemuan data secara manual. "Yellowfin Signals merepresentasikan masa depan business intelligence (BI): deteksi rangkaian waktu berkelanjutan dari tren dan anomali dengan korelasi instan untuk membantu pengguna mengidentifikasi masalah penting secara real-time dan apa yang mendorong mereka. Sinyal akan mempercepat waktu secara dramatis untuk wawasan yang relevan, yang memungkinkan pengguna bisnis untuk fokus pada apa yang benar-benar penting daripada mencari data," kata Presiden Eckerson Group, Wayne Eckerson dalam keterangan, kemarin.

Yang menarik dari solusi ini, Yellowfin Signals beroperasi secara terus menerus, di mana produk ini secara rutin menganalisis data yang tersedia untuk mencari tren, pola, atau perubahan lainnya. Ketika menemukan sesuatu, Yellowfin Signals menganalisis sumber data lainnya untuk menemukan informasi yang berhubungan, kemudian mengirimkan peringatan sehingga penerima dapat menentukan apakah data dapat ditindaklanjuti atau tidak. Akibat dari performa tersebut, kelelahan analisis dan manusia, dua hal yang lazim dalam perangkat dashboard tradisional akan menghilang.

"Yellowfin Signals secara otomatis menemukan apa yang dilewatkan dashboard, sehingga pengguna tahu apa yang sedang terjadi dalam bisnis mereka saat itu terjadi," kata Glen Rabie, CEO Yellowfin BI.

Glen menambahkan dashboard jarang menyediakan konteks utuh untuk data yang mereka bagikan, yang berakibat pada perbedaan penafsiran. "Yellowfin Stories memungkinkan Anda mengumpulkan informasi di satu tempat termasuk sinyal dan laporan dari vendor yang berbeda menyetujui artinya, dan mensejajarkan pada tindakan yang akan diambil. Di mana dashboard gagal, Yellowfin memenuhi," tambahnya.

Yellowfin Stories meningkatkan penyebaran pengetahuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam organisasi dan pada gilirannya, membantu organisasi menjadi lebih berpedoman pada data dalam keputusan mereka. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top