Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penganugerahan Nobel

Peraih Nobel Kritisi Perkosaan dalam Konflik

Foto : AFP/Haakon Mosvold Larsen

Terima Anugerah Nobel l Aktivis Yazidi, Nadia Murad (kiri), dan dokter asal Kongo, Denis Mukwege, berpose bersama usai menerima anugerah Nobel di Balai Kota Oslo, Norwegia, Senin (10/12). Murad dan Mukwege adalah peraih Nobel Perdamaian 2018.

A   A   A   Pengaturan Font

OSLO - Dua peraih anugerah Nobel Perdamaian 2018, Denis Mukwege dan Nadia Murad, dalam pidato acara pemberian anugerah Nobel di Oslo, Norwegia, Senin (10/12), menyerukan pada dunia agar mengakhiri perkosaan dalam konflik sebagai senjata dalam peperangan.

"Peperangan hanya boleh terjadi ketika melawan pengabaian. Seluruh dunia harus bergabung untuk mengakhir penderitaan yang memalukan bagi kemanusiaan," kata Mukwege dalam pidato setelah menerima anugerah Nobel Perdamaian.

Sebelumnya dalam konferensi pers yang digelar pada Minggu (9/12), Mukwege menyerukan agar kita tak boleh apatis. "Kita tak boleh mengatakan bahwa kita tak melakukan aksi karena tak mengetahuinya. Saat ini semua pihak telah tahu dan saya pikir saat ini komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk beraksi," ucap dia.

Sementara itu Murad dalam pidatonya mengatakan agar seluruh masyarakat dunia membantu membebaskan ribuan perempuan dan anak perempuan yang masih disandera kelompok militan.

"Ribuan perempuan dan anak perempuan dari komunitas Yazidi telah diculik, diperkosa, dan dijual sebagai budak seks di abad ke-21 yang merupakan era globalisasi dan penegakkan hak asasi manusia. Perlindungan terhadap kaum Yazidi dan komunitas yang rentan di seluruh dunia merupakan tanggung jawab komunitas internasional," kata Murad.

Sebelumnya dalam konferensi pers itu di Oslo, Minggu, Murad mengatakan bahwa anugerah Nobel yang diterimanya ini tak akan mampu menyingkirkan semua kekerasan dan serangan terhadap perempuan hamil, anak-anak, kaum perempuan lainnya, dan memberikan mereka keadilan.

Suara Terkuat

Mukwege, 63 tahun, adalah dokter asal Kongo yang selama dua dekade membantu korban kekerasan seksual dalam konflik bersenjata di negaranya. Sementara Murad, 25 tahun, adalah aktivis asal minoritas Yazidi, Irak, yang selamat dari perbudakan seks kelompok Islamic State (ISIS).

Pada Senin kemarin, Mukwege dan Murad menerima anugerah Nobel Perdamaian dalam sebuah acara resmi di Oslo.

Saat pengumuman pemberian anugerah Nobel Oktober lalu, Komite Nobel Norwegia, memberikan Nobel Perdamaian pada Mukwege dan Murad atas upaya mereka untuk mengakhiri kekerasan seksual sebagai senjata dalam peperangan dan konflik bersenjata.

"Mukwege dan Murad adalah dua sosok yang memiliki suara terkuat di dunia saat ini," kata ketua komite Nobel, Berit Reiss-Andersen.

Sayangnya kampanye melawan kekerasan seksual yang dilakukan dua peraih Nobel Perdamaian terjadi saat institusi Nobel di Akademi Swedia diterpa skandal perkosaan. Akibat skandal ini pemberian anugerah Nobel bidang Kesusastraan ditunda dan baru akan diberikan pada 2019 mendatang. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top