Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerukunan Beragama

Penyelesaian Kasus GKI Yasmin Jadi Momen Penguatan Toleransi

Foto : ISTIMEWA

MOELDOKO Kepala Staf Kepresidenan - Gereja Yasmin pada akhirnya bisa diselesaikan dengan pimpinan daerah datang ke kami mengucapkan ucapan terima kasih, karena kita intensif ikut terlibat di dalamnya dalam konteks komunikasi.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Penyelesaian kasus Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pengadilan (Yasmin) sehingga kini para jemaatnya bisa merayakan ibadah Natal di gedung gereja yang baru ini melegakan dan jadi momentum kebahagiaan Natal untuk penguatan toleransi serta hidup berdampingan antarkelompok sosial di Indonesia.

"Penyelesaian GKI Yasmin, momentum kebahagiaan Natal untuk penguatan toleransi dan hidup berdampingan antarkelompok sosial di Indonesia," kata peneliti Pusat Studi Islam dan Pancasila (PSIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Nazar el Mahfudzi, kepada Koran Jakarta, Selasa (27/12).

Penyelesaian masalah tersebut, menurut Nazar, menjadi contoh bagaimana seorang pemimpin, dalam hal ini Wali Kota Bogor, Bima Arya, maupun Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyelesaikan berbagai persoalan berdimensi konflik horizontal.

"Kasus Gereja Yasmin ini kan kasus besar terkait hidup toleransi yang cukup menyita perhatian nasional. Dua tokoh tersebut di atas memberi contoh bagaimana semestinya politik harus dijalankan, yakni memberi solusi atas polemik berkepanjangan. Apalagi ada dimensi SARA-nya," papar Nazar.

Jadi Semangat Bersama

Kabar baik masalah GKI Yasmin, menurut Nazar, harus didorong menjadi semangat bersama dalam berkompetisi politik di pilpres maupun pemilihan DPR pada 2024. Tokoh-tokoh politik harus berhenti menjadikan SARA sebagai komoditas politik yang memecah belah. Jadikan keberbedaan sebagai kekuatan sehingga jika pun ada masalah ya berfokus pada solusi.

"Bukan malah bikin panas situasi, adu domba. Kapan bangsa kita maju? Kreatif, itu kunci menghadapi tantangan zaman. Dan kreativitas hanya muncul dalam situasi yang mengapresiasi perbedaan," kata Nazar.

Wali Kota Bogor, Bima Arya, meminta maaf kepada jemaat GKI Yasmin karena harus cukup lama, selama kurang lebih 15 tahun untuk bisa memulai ibadah di gedung gereja yang baru di Bogor barat ini.

"Atas nama Pemerintah Kota Bogor, izinkan saya menyampaikan permohonan maaf apabila bapak/ibu harus menunggu cukup lama selama kurang lebih 15 tahun untuk akhirnya bisa memulai ibadah di tempat yang baru ini," kata Aria dalam video yang diterima Koran Jakarta, Selasa (27/12).

Aria mengaku merasa bahagia karena sebagian jemaat GKI Yasmin sudah bisa mulai beribadah Natal di gedung gereja yang baru di Bogor barat.

"Tadi malam saya memasuki GKI Pengadilan dengan rasa bahagia karena mengetahui bahwa hari Minggu (25/12) pagi ini, sebagian dari jemaat akan mulai beribadah di gedung gereja yang baru di Bogor barat ini.

Atas nama Pemkot Bogor, Aria menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesabaran dari bapak/ibu sekalian untuk menjalani satu proses yang tidak mudah sehingga akhirnya menjadi akhir yang sangat indah.

"Bapak/ibu selamat hari Natal sebuah kedamaian bersama kita semua. Salam cinta kami untuk keluarga bapak/ibu di rumah. Terima kasih. Tuhan memberkati," tutur Aria.

Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, menyampaikan pihaknya bisa membantu menyelesaikan persoalan GKI Yasmin, di Bogor, dengan sebuah komunikasi intensif hingga pimpinan yang berwenang datang ke KSP untuk mengucapkan terima kasih.

"Gereja Yasmin pada akhirnya bisa diselesaikan dengan pimpinan daerah datang ke kami mengucapkan ucapan terima kasih, karena kita intensif ikut terlibat di dalamnya dalam konteks komunikasi," terang Moeldoko.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top