Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kanker Rongga Mulut

Penyakit Mematikan yang Sering Diabaikan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Secara global, tercatat 300.373 kasus kanker rongga mulut dan 145.353 kematian yang diakibatkan dari kanker rongga mulut pada 2012. Dari jumlah tersebut, sekitar 11 persen adalah penderita kanker mulut dari wilayah Asia Tenggara.

Kebersihan mulut merupakan menjadi salah satu faktor timbulnya banyak penyakit dalam rongga mulut. Kebersihan mulut penting karena rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam mikro-organisme. Salah satu penyakit yang jarang namun mematikan adalah kanker rongga mulut.

Di dunia, angka kematian yang disebabkan kanker rongga mulut sangat tinggi, mencapai 50 persen. Sedangkan di Indonesia, jumlah penderita kanker rongga mulut tercatat 5.329 pasien pada 2012 dan diproyeksikan angka tersebut akan meningkat sebanyak 21,5 persen di 2020.

Kanker rongga mulut adalah berlebihnya jumlah sel yang bermutasi hingga tidak terkontrol di bagian mulut. Pertumbuhan sel tersebut pun menjadi ganas sehingga menyerang sel dan organ tubuh lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan pada 2018, 53,2 persen masyarakat sadar akan ada kanker rongga mulut.

Namun, lebih dari separo tidak mengetahui gejala awal dari kanker rongga mulut. 64 persen kanker rongga mulut diawali lesi pra kanker. Lesi merupakan perubahan mukosa mulut, berupa perubahan warna, bentuk, ukuran, tekstur, kekenyalan, dan lain-lain. Tekstur atau tampilan mukosa mulut normal berwarna merah muda dan kenyal.

Jika terjadi perubahan, umumnya akan menjadi putih, merah atau bisa kombinasi keduanya. Biasanya, perubahan seperti ini perlu diperhatikan dan telah menunjukan adanya gejala awal pra kanker. Tetapi, masyarakat kerap menganggap remeh hal itu.

"Tanda-tanda awal kanker mulut dapat dikenali dengan adanya perubahan warna, tekstur, luka yang tidak sembuh-sembuh lebih dari satu bulan. Banyak orang tidak mengetahui dirinya menderita kanker rongga mulut karena tidak ada rasa sakit dan tidak mengetahui tanda-tandanya," tutur Drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, Ph.D, Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI).

Drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, Ph.D

Ia menambahkan kerap kali lesi yang muncul biasanya dikatakan sebagai penyakit lain, semisalnya lesi putih dibilangnya sebagai jamur dan lesi merah dikarenakan infeksi atau peradangan. Lesi mirip sariawan, namun bedanya tidak memiliki rasa sakit dan terjadi lebih satu bulan. Selain itu, di sekeliling daerah yang sariawan biasanya tidak ada iritasi ataupun peradangan dan bertekstur keras dan menonjol.

Perhatikan Faktor Risikonya

Penyakit kanker manapun pasti memiliki faktor penyebab. Namun perlu diketahui, tidak ada penyakit kanker yang disebabkan dari satu faktor saja. Menurut WHO, ada tiga faktor besar yang menyebabkan kanker rongga mulut.Yaitu, merokok, mengonsumsi alkohol, dan kebiasaan menyirih, sedangkan pola makan yang tidak sehat, latar belakang genetik dan virus juga menyumbang risiko terjadinya kanker.

Pada rokok, terdapat kandungan zat karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker. Sementara kandungan ethanol pada alkohol, meningkatkan permeabilitas mulut sebagai penetrasi zat-zat karsinogenik dari tembakau, sehingga semakin besar.

"Diibaratkan, mengonsumsi alkohol itu jadi semacam jalur pembuka untuk karsinogenik ke dalam tubuh," jelas Rahmi. Untuk kebiasaan nyirih, biasanya dilakukan masyarakat di Asia, seperti India, Taiwan, termasuk Indonesia. Sebenarnya, nyirih tidak bermasalah tetapi penggunaan pinangnya yang berbahaya.

Rahmi mengatakan, pinang tua yang digunakan menyirih mengandung arecoline, arecaidine, guvacine dan guvacoline yang bersifat karsinogenik, atau penyebab kanker.

Faktor lainnya adalah Human Papiloma Virus (HPV) 16, yang sering kali menyebabkan kanker serviks pada wanita. Meskipun penyebab kanker serviks juga bisa diakibatkan dari HPV 18. Rahmi menambahkan HPV dapat ditularkan pada orang lain, termasuk ke mulut sehingga menyebabkan kanker rongga mulut. Itu dilakukan melalui oral seks, karena untuk HPV 18 berinkubasi di kelamin.

Bahkan, Rahmi mengatakan 30 persen orang yang terkena kanker rongga mulut ditemukan karena HPV 18. Di samping itu, Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp. BM (K), MM, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia mengatakan, stres dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya kanker, termasuk kanker rongga mulut.

Itu dikarenakan ketika stres, tubuh mengeluarkan senyawa yang membuat gen bermutasi, awalnya diam menjadi aktif. "Jadi yang awalnya tidak membelah, jadi membelah sebelum matang dan sebelum berfungsi sesuai tujuannya," katanya.

Maka dari itu ia menyarankan untuk mengurangi stress, atau kalau sedang stres, secepat mungkin di atasi, jangan sampai lama. Karena, selain tidak baik untuk kesehatan mental, juga untuk tubuh secara fisik. gma/R-1

Edukasi Masyarakat melalui SaMuRi

Di Indonesia, banyak ditemukan pasien yang menderita rongga mulut dengan lokasi predileksi di lidah. Rahmi mengatakan angka bertahan hidup pasien kanker rongga mulut tergolong kecil dibandingkan jenis kanker lainnya, yaitu hanya sekitar 13 bulan hingga 30 bulan.

"Apabila lesi pra kanker dapat ditemukan dan kemunduran selnya belum terlalu jauh, serta respon pengobatan masih baik, maka angka bertahan hidup pasien dapat meningkat lebih dari 80 persen atau di atas lima tahun. Dengan demikian, angka kematian dapat diturunkan," jelasnya.

Untuk itu, ISPMI, saat ini melakukan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat, melalui SaMuRi (Periksa Mulut Sendiri). Melalui gerakan ini, masyarakat diajarkan bagaimana melakukan pemeriksaan mulut secara mandiri dan menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik.

"Mulai tahun ini, ISPMI akan banyak melakukan edukasi dan sosialisasi terkait kanker rongga mulut, salah satunya dengan gerakan SaMuRi. Melalui gerakan ini masyarakan akan diajarkan bagaimana melakukan periksa mulut secara mandiri dan juga menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik," kata Rahmi.

SaMuRi dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu, kemudian menghadap cermin. Mulailah memeriksa bagian bibir atas, bibir bawah, pipi kanan dan kiri, langit-langit mulut, lidah, bagian belakang lidah, dasar mulut, serta sisi-sisi lidah yang sering kali menjadi lokasi kanker rongga mulut.

"Perhatikan semua perubahan warna, bentuk, ukuran dan tekstur. Jika ada yang mencurigakan, periksakan ke dokter gigi atau spesialis," ujar Rahmi.

Untuk menjaga kesehatan gigi, dapat dilakukan dengan cara menggosok gigi sebanyak dua kali sehari, yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam.

"Menyikat gigi itu dari arah gusi ke gigi dan dengan cara disapu, bukan digosok. Karena makanan itu bersifat lembut di mulut," kata Hananto. Ia menyarankan untuk menggunakan sikat gigi yang berbahan lembut sehingga tidak melukai gigi dan gusi. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top