Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penyakit Kardiovaskular Lebih Banyak Terjadi di Negara Miskin-Menengah

Foto : Official U.S. Navy Page

Ilustrasi pasien dengan penyakit kardiovaskular.

A   A   A   Pengaturan Font

Penyakit kardiovaskular dilaporkan membunuh lebih banyak di negara berpenghasilan rendah dan menengah, tak terkecuali Indonesia. Pada 2021, WHO melaporkan penyakit kardiovaskular merenggut sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahunnya, di mana tiga perempat kematian dunia akibat CVD terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Di Indonesia sendiri, penyakit kardiovaskular menempati peringkat tertinggi penyebab kematian di Indonesia terutama pada usia-usia produktif.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi penyakit kardiovaskular terus meningkat di Indonesia. Prevalensi hipertensi yang termasuk dalam penyakit kardiovaskular dilaporkan meningkat dari 25,8 persen pada 2013 menjadi 34,1 persen pada 2018. Begitu juga prevalensi penyakit gagal ginjal kronis yang meningkat menjadi 0,38 persen pada 2018 dari yang sebelumnya berkisar di angka 0,2 persen pada 2013. Sementara prevalensi penyakit jantung koroner tetap berada di angka 1,5 persen untuk periode yang sama.

Data Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5 persen, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2 persen. Diikuti Daerah Istimewa Yogyakarta dan Gorontalo dengan masing-masing 2 persen. Penyakit jantung memang menjadi penyebab utama kematian di tingkat global selama 20 tahun terakhir, dan bahkan membunuh lebih banyak orang daripada sebelumnya. Dalam laporan "WHO reveals leading causes of death and disability worldwide: 2000-2019", jumlah kematian akibat penyakit jantung tercatat meningkat lebih dari 2 juta sejak tahun 2000, menjadi hampir 9 juta pada tahun 2019.

Menurut WHO, orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, seringkali tidak mendapatkan manfaat dari program perawatan kesehatan primer untuk deteksi dini dan pengobatan orang dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Orang-orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menderita penyakit kardiovaskular dan penyakit tidak menular lainnya juga kurang memiliki akses ke layanan perawatan kesehatan yang efektif dan adil yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Akibatnya, banyak orang meninggal pada usia yang lebih muda akibat penyakit kardiovaskular, seringkali pada tahun-tahun paling produktif mereka.

Orang termiskin di negara berpenghasilan rendah dan menengah paling terpengaruh. Di tingkat rumah tangga, muncul bukti bahwa penyakit kardiovaskular, dan penyakit tidak menular lainnya berkontribusi terhadap kemiskinan karena pengeluaran kesehatan yang sangat besar dan pengeluaran pengeluaran yang tinggi. Pada tingkat ekonomi makro, penyakit kardiovaskular, memberikan beban berat pada ekonomi negara berpenghasilan rendah dan menengah. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2021, pembiayaan kesehatan terbesar ada pada penyakit jantung sebesar Rp7,7 triliun. Perlu dicatat, angka itu hanya mencakup pembiayaan untuk penyakit jantung yang merupakan satu dari sekian penyakit.

Melansir laman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, risiko penyakit kardiovaskular meningkat seiring dengan bertambahnya usia karena terganggunya sistem kardiovaskular. Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NIH), penyakit kardiovaskular paling umum terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun. Adapun faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular paling sering yaitu hipertensi, diabetes Melitus, dislipidemia, obesitas, dan merokok. Konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah, serta berkontribusi terhadap risiko terkena penyakit kardiovaskular.

Namun, faktor risiko yang disebutkan dapat dipengaruhi dan bertindak secara berbeda tergantung pada profil genetik yang berbeda dari individu dan usia. Artinya, risiko terkena penyakit kardiovaskular bisa jauh lebih tinggi pada beberapa individu. Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NIH) menuturkan seseorang yang memiliki riwayat keluarga penderita penyakit kardiovaskular juga lebih berisiko mengidap penyakit yang sama. Khususnya, mereka yang memiliki ayah atau saudara laki-laki yang didiagnosis menderita penyakit kardiovaskular sebelum mereka berusia 55 tahun. Juga, ibu atau saudara perempuan yang didiagnosis menderita penyakit serupa sebelum mereka berusia 65 tahun.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top