Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
SDM Unggul

Penurunan "Stunting" Perlu Dana Besar

Foto : Koran Jakrta/Muhamad Ma'rup

Sadar Gizi|Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Bercencana Nasional, Hasto Wardoyo, dalam webinar “Milenial dan Gen Z Sadar Gizi”, di Jakarta, Selasa (26/10).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Untuk menurunkan stunting (kekerdilan) diperlukan intervensi dan itu memerlukan dana besar. Demikian disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Bercencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam webinar "Milenial dan Gen Z Sadar Gizi," di Jakarta, Selasa (26/10).

Intervensi harus menyentuh faktor sensitif seperti kemiskinan, pendidikan, lingkungan, dan sanitasi. "Ini tidak serta merta sebab perlu anggaran besar. Di sisi lain, kita menghadapi pandemi," ujarnya. Hasto mengatakan, faktor sensitif memiliki cakupan 70 persen dalam ekosistem penyebab stunting.

Hasto menjelaskan, intervensi faktor sensitif tersebar di beberapa kementerian dan lembaga. BKBBN akan mendukung agar intervensi tepat sasaran dan tepat guna. Hasto menekankan, intervensi untuk faktor spesifik yang 30 persen juga harus terus difokuskan.

Penanganan dan pengawasan kesehatan pada masa sebelum menikah, ketika hamil, dan persalinan harus diperketat agar anak yang lahir terhindar dari stunting. "Di tengah ekosistem belum baik, kita bisa menyentuh yang spesifik dan memiliki daya ungkit besar untuk mewujudkan SDM unggul," katanya.

Generasi Muda
Lebih jauh, Hasto menerangkan, peran generasi milenial dan generasi Z sangat penting dalam percepatan penurunan stunting. Sebab salah satu penghambat terbesar dalam pembangunan SDM adalah stunting dengan 27,6 persen. Hambatan lain mental disorder, defabel autisme, terlibat napsa, dan orang dengan gangguan jiwa.

"Ketika stunting turun, sangat signifikan artinya dalam menaikkan kualitas generasi muda. Sebab stunting menjadi proporsi terbesar mempengaruhi kualitas SDM," tandasnya. Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko, menilai, pemuda memiliki peran agent of change dalam membentuk karakter serta pola hidup sehat masyarakat.

Generasi milenial dan generasi Z yang sehat, produktif, serta kreatif menjadi investasi bangsa dalam menghadapi tantangan pembangunan masa depan. "Milenial dan gen Z dengan gizi baik akan berpotensi menjadi SDM unggul yang berdaya saing di masa mendatang," katanya.

Secara terpisah, Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI), Maskuri, minta perguruan tinggi mengambil peran menurunkan angka stunting. Kampus bisa melibatkan mahasiswa dalam berbagai kegiatan menangani kekerdilan seperti pendidikan hingga pengabdian masyarakat.

"Mahasiswa adalah calon ibu dan bapak yang akan melahirkan bayi. Literasi pengetahuan dan info yang memadai terkait nutrisi untuk mencegah kerdil sangat penting," ucapnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top