Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pentingnya Konsolidasi Demokrasi

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

oleh desi ratriyanti

Setiap 15 September, dunia internasional memperingati hari demokrasi. Peringatan ini kian relevan di tengah kondisi demokrasi global yang menurun kualitasnya. Menurut Freedom House, lembaga yang konsen pada isu demokrasi, skor rata-rata indeks demokrasi global tahun 2018 menurun. Tahun 2017 rata-rata indeks demokrasi dunia 72 (skala 0-100). Sedangkan tahun 2018 menurun ke angka 63 lantaran sejumlah variabel.

Di satu sisi, demokrasi dihadapkan pada gelombang politik fasisme-konservatisme sayap kanan yang muncul di sejumlah negara. Ini dapat dilihat dari kemenangan Donald Trump di pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat dan Jair Bolsonaro di Brazil. Keduanya merupakan politisi yang sering mengumbar retorika politik berbalut kebencian rasial dan agama.

Trump berhasil menjadi presiden AS dengan kampanye yang mengeksploitasi politik identitas dan ujaran kebencian. Begitu pula Bolzorano, bahkan kerap disebut sebagai Trump-nya Brasil, lantaran model kampanyenya penuh sentimen kebencian. Di sisi lain, demokrasi juga dihadapkan pada masifnya penyebaran berita palsu dan fitnah terutama di media sosial. Satu dekade belakangan, media sosial menjadi lahan subur reproduksi politik kebencian dan berita palsu. Kita memasuki era pascakebenaran (post-truth).

Di era post-truth, kebenaran dan kepalsuan nyaris tidak dapat dibedakan. Hal itu terjadi lantaran sentimen emosional jauh lebih berpengaruh membentuk opini publik ketimbang sekumpulan data dan fakta. Publik berada dalam ketidakpastian dan mengalami semacam disorientasi. Dalam kondisi demikian, masyarakat menjadi sangat rentan diprovokasi untuk berkonflik dengan sesamanya.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top