Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana di Sulteng

Pengungsi Susah Dapat Air Bersih

Foto : ANTARA/Irsan Mulyadi

PEDULI KORBAN GEMPA - Civitas akademika Universitas Katolik Santo Thomas di Medan, Jumat (5/10), menyalakan lilin pada kegiatan “Seribu Lilin” untuk korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah.

A   A   A   Pengaturan Font

PALU - Ribuan pengungsi di bagian timur Kota Palu yang berada di kaki Gunung Masomba dan Bulili mengeluhkan tidak adanya pasokan air bersih untuk kebutuhan konsumsi.

Sejak seminggu pascagempa yang mengguncang Palu-Donggala berkekuatan 7,4 pada skala Richter sampai sekarang, mereka berupaya bertahan hidup dengan mengonsumsi air sungai yang warnanya kuning kecokelatan, namun tidak berbau. "Kami di sini susah air. Susah sekali," ucap pengungsi warga Kelurahan Petobo, Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Andi di lokasi pengungsian di Ngatabaru, Jumat (5/10).

Para pengungsi berasal dari Kelurahan Petobo, Tanamodindi, Birobuli, dan ribuan orang dari bagian Timur Sungai Palu. Padahal, wilayah di atas tanggul Petobo yang roboh, tandus, dan kering, hingga di Desa Ngatabaru. Untuk mendapatkan air di wilayah itu harus menggunakan mesin dap dan menancap pipa sedalam 60 meter.

"Makanan hanya ada secukupnya, tapi air sama sekali tidak ada," ujar pengungsi. Untuk mendapatkan air, mereka harus pergi mencari air di Desa Mpanau Biromaru, Desa Parovo dan Loru hingga Desa Pombewe dan ke Kelurahan Kawatuna, atau ke arah Timur. Air itu mereka ambil untuk dikonsumsi, mandi, serta mencuci pakaian dan piring.

Sementara itu, warga Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, membutuhkan obat-obatan di posko pengungsian karena mulai terserang penyakit, seperti mata maupun untuk mengobati luka ringan. Kebanyakan warga masih berada di tendatenda pengungsian beralaskan spanduk dan tikar seadanya.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top