Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penghargaan untuk Pengrajin Jamu, UGM Resmikan Patung Craki

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama, Universitas Gadjah Mada,IgnatiusSusatyo Wijoyo, MM mengatakanjamu merupakan bagian dari warisan leluhur yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Peresmian patungcraki ini, kata Susatyo, makin menegaskan UGM sebagai universitas kerakyatan ingin selalu dekat dengan masyarakat terutama mereka yang menjalani profesi pengrajin jamu yang sudah ikut memelihara jamu sebagai minuman kesehatan tersebut. "Jamu merupakan warisan leluhur sejak zaman Mataram sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan sekedar menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh namun bisa jadi preventif dan gaya hidup kita," katanya

Susatyo menambahkan, jumlah penjual jamu gendong sekarang ini jauh berkurang dibandingkan era 30 tahun lalu dimana para penjual jamu berkeliling ke setiap rumah penduduk untuk menawarkan jamu. Tidak hanya para penjual namun juga konsumen juga jauh berkurang. "Pengracik jamu jumlahnya semakin sedikit karena generasi muda tidak banyak mengenal dan terbiasa mengkonsumsi jamu. Kita mendorong pengracik jamu lalu para peminumnya agarlebih diedukasi dan dibudayakan kembali," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Susatyo mengusulkan agar minuman jamu dipajang di hotel bintang tiga hingga bintang lima untuk mengenalkan jamu pada wisatawan. "Dulu kita cari jamu di pasar atau di jalan. Jika jamu masuk ke hotel bintang tiga hingga bintang lima tentu banyak yang minta. Jika yang meminta banyak dan segmen diperluas maka kebiasaan masyarakat untuk minum jamu makin meningkat," jelasnya

Sunaryanti, 61 tahun, salah satu pengracik jamu tradisional mengaku senang dan bangga dirikan jamu Craki di tengah pasar Ngasem. Ia mengaku sudah berjualan jamu sudah 40 tahun lalu. "Tahun 1982 saya sudah buka di pasar Ngasem ini," kata wanita asal kadipiro, Desa Ngestiharjo, Kasihan, Bantul ini.

Di tengah menurunnya jumlah peminat minum jamu, Sunaryanti tetap bertahan sebagai pengracik jamu rumahan. Melalui produk jamuDijamoni, dalam sehari Sunaryanti mengaku bisa menjualkan sekitar lebih dari seratus botol dengan harga 5 ribu rupiah hingga 8 ribu rupiah dengan produk jamu beras kencur dan kunir asem. "Saya titipkan di salah satu toko di pasar Ngasem, sisanya dijual secara online dari rumah," katanya
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top