Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pengamat: Pengerukan Pasir Laut untuk Ekspor Merusak Ekosistem Laut

Foto : ANTARA/Basri Marzuki

Sejumlah pekerja menyedot pasir menggunakan mesin ke atas truk di kawasan pertambangan pasir rakyat di Kelurahan Birobuli Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (27/5/2022).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggon dalam konferensi pers nasional dan internasional mengatakan bahwa pemanfaatan pasir hasil sedimentasi di laut belum terbuka untuk kegiatan ekspor. Hasil sedimentasi pasir laut akan diutamakan untuk kebutuhan reklamasi di dalam negeri.

Menanggapai itu, pengamat maritim dari IKAL Strategic Centre (IKAL SC),Dr. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa menyatakan, pengerukan pasir laut dapat berpotensi merusak ekosistem pesisir jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Namun, ia juga menekankan pengerukan sedimen laut pada dasarnya adalah hal lumrah dan diperlukan, terutama dalam konteks pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

"Pengerukan sedimentasi di pelabuhan dan muara-muara Sungai, dimana produk yang dihasilkan adalah pasir laut merupakan bagian dari aktivitas pengelolaan sumber daya alam yang lumrah. Namun, penting untuk memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem laut dan lingkungan sekitar," kata Hakeng.

Ia menambahkan, langkah-langkah ekspor pasir laut terutama ke negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia, seharusnya tidak diizinkan, untuk menghindari potensi timbulnya sengketa baru di kemudian hari.

Baca Juga :
Jaga Suplai BBM

Hakeng juga menyoroti perlunya perlindungan terhadap kawasan konservasi perairan dan ekosistem pesisir. "Penting untuk mempertimbangkan dampak perizinan pengerukan pasir laut terhadap lingkungan dan menguatkan upaya-upaya untuk melindungi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia demi keberlanjutan lingkungan hidup dan sumber daya laut negara," ujarnya.

Selain itu, Hakeng mengatakan bahwa pengerukan pasir hanya logis dan bisa dilakukan di area-area tertentu seperti muara sungai, dan dalam rangka penanganan kedangkalan di pelabuhan. Ini merupakan praktik yang penting dan memiliki sejumlah manfaat yang signifikan.

"Pengerukan pasir untuk menjaga kedalaman pelabuhan adalah praktek yang wajar serta mendukung kelancaran perdagangan dan distribusi barang. Begitu juga di sungai dan muaranya yang mana salah satunya juga dapat mengurangi dampak banjir selain untuk kepentingan perdagangan melalui kapal-kapal," tuturnya.

Namun, ia menegaskan ekspor pasir laut terutama untuk keperluan reklamasi di negara lain, seharusnya tidak dilakukan mengingat kebutuhan dalam negeri masih kurang.

"Tidak seharusnya kita membuka keran ekspor pasir laut, apalagi ke negara tetangga, karena untuk keperluan dalam negeri pun masih kekurangan," tegas Hakeng.

Dengan demikian, sementara penggunaan pasir laut untuk kegiatan reklamasi dalam negeri tetap menjadi prioritas, pengelolaan pasir laut harus dilakukan dengan hati-hati dan kebijakan ekspor pasir laut sebaiknya jangan diberlakukan untuk menghindari konflik di kemudian hari.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top