Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Pengamat Menilai Adanya Perdagangan Semu pada Saham GoTo

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pengamat pasar modal mencermati adanya kemungkinan pihak-pihak yang melakukan perdagangan semu pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, atau dikenal dengan istilah "goreng saham", untuk mengkerek harga di tengah ramainya pembahasan potensi rugi anak perusahaan BUMN yang menyuntikkan dana ke Gojek.

Dugaan ini timbul setelah harga saham GoTo sempat naik 100% lebih dalam periode satu bulan sampai tanggal 14 Juni. Di saat yang sama nilai perdagangan harian saham GoTo tercatat sangat tinggi, sampai pernah mencapai 1/6 (seperenam) dari total nilai transaksi keseluruhan 750 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam transaksi semu, pembeli dan penjual saham adalah pihak yang sama atau tidak ada perpindahan saham. Sedangkan perdagangan normal, dapat dibuktikan bahwa investor (nasabah perusahaan sekuritas) yang bertransaksi tidak sama. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berwenang menyelidiki jika ada dugaan transaksi semu.

Tidak ada perbaikan fundamental signifikan yang mendasari kenaikan saham GoTo yang begitu besarnya, menurut Chandra Pasaribu, head of research Yuanta Sekuritas.

Saat harga GoTo tertekan sampai di bawah Rp 200, lalu naik sampai sempat lewat Rp 400, secara fundamental berubah tidak?" ujar Chandra dalam keterangan tertulisnya, belum lama ini.

"Looks like it, kalo kita mau jujur," tambah Chandra saat ditanya apakah saham GoTo mengalami transaksi semu.

Walaupun begitu Chandra menekankan bahwa secara jangka Panjang GoTo memiliki prospek bisnis yang bagus, dan seberapa bagusnya tergantung bagaimana manajemen dapat meningkatkan monetasi yang dapat dilakukan dari pendapatan perusahaan yang besar, walaupun sekarang ini perusahaan masih merugi. Harga saham GoTo menyentuh titik terendahnya di Rp 194 per lembar pada tanggal 13 Mei 2022, atau merosot 43% dari harga IPO di Rp 338 per lembar.

Sementara itu, di bulan yang sama BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melaporkan adanya kerugian belum terealisasi (unrealized loss) yang besarnya mencapai Rp 881 miliar, dalam laporan keuangan kuartal I 2022, yang disebabkan oleh investasi pada saham GoTo melalui anak perusahaannya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

Tudingan adanya konflik kepentingan muncul, berbagai pihak mempertanyakan apakah investasi Telkom melalui anak usahanya benar-benar berdasarkan pertimbangan bisnis murni. Garibaldi Thohir, yang menjabat sebagai Komisaris Utama Gojek maupun GoTo, memiliki hubungan kakak dan adik dengan Menteri BUMN Erick Thohir.

Ketua Umum Gerakan Transformasi Indonesia (GET One) Lukman Edy mengatakan tudingan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.

"Semua ini kan sengaja digoreng oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mengaitkan ke politik. Padahal ini semua murni bisnis," Lukman mengatakan dalam keterangannya tanggal 20 Mei.

Pada November 2020, Telkomsel menyuntikkan dana ke Gojek sebesar US$150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun pada kurs saat itu. Kemudian, pada Mei 2021, operator telekomunikasi ini kembali menanamkan dana investasi sebesar US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun, dan di bulan yang sama Gojek mengumumkan merger dengan Tokopedia. Mereka menamakan diri GoTo, yang kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia pada 11 April 2022.

"Harga saham GoTo mulai rebound dari keterpurukan saat isu kerugian BUMN Telkom merebak menjadi isu politik yang panas. Untuk mengurangi tekanan ini, harga saham GoTo harus naik," ungkap John Rahmat, mantan head of research sekuritas BUMN lulusan London Business School yang berpindah karir menjadi manajer investasi.

"Ini hanya hasil obesrvasi pribadi saya. Tidak ada bukti untuk mendasari opini saya ini," tambah John memberikan disclaimer atas pandangannya pada komentar Facebooknya.

Keterangan bagan di atas percakapan analis pasar modal John Rachmat pada halaman facebook Wahyudi Soeriatmaja. Kecurigaan pengamat pasar modal atas kemungkinan transaksi semu dikuatkan oleh data nilai transaksi harian saham GoTo yang konsisten sangat tinggi.

Transaksi sebesar ini terjadi ketika free float saham GoTo hanya sebesar 1,159%, atau senilai sekitar Rp 5 triliun rupiah. Free float adalah jumlah saham yang dapat diperdagangkan di pasar dibandingkan dengan market cap. Free float saham GoTo baru akan mulai naik pada akhir November (8 bulan setelah IPO) menjadi sebesar 66,5% pada saat periode lock-up mulai berakhir, di mana Telkomsel dan investor awal lainnya seperti Softbank, Alibaba, Sequoia, Blackrock mulai dapat menjual saham GoTo yang mereka miliki ke pasar.

Ownership Plan (ESOP), saham untuk Manajemen dan saham pendiri yang juga dikenakan lock- up. Sumber: Bloomberg. Walaupun dengan free float sekecil itu, BEI memasukan GoTo ke dalam indeks LQ45. Hal ini menuai protes dari berbagai kalangan, terutama manajer investasi. Seperti diketahui, untuk masuk ke dalam indeks LQ45, berlaku banyak syarat termasuk free float yang harus tinggi, sehingga harga saham yang bersangkutan stabil, tidak mudah bergerak hanya dengan kenaikan jumlah pembelian atau penjualan sedikit saja dari investor.

Ditambah lagi, Bursa Efek Indonesia memberikan GoTo pembobotan dengan angka yang terbesar, 14,5%, dibanding seluruh saham yang masuk LQ45, dengan demikian pergerakan harga saham GoTo menjadi yang paling mempengaruhi pergerakan indeks LQ45, yang menjadi tolak ukur kinerja para manajer investasi. Artinya kalau harga saham GoTo naik (sehingga LQ45 mengikuti), maka manajer investasi yang tidak memiliki saham GoTo dalam reksa dana yang dikelolanya akan terlihat lemah kinerjanya (underperform) dan langsung dapat mempengaruhi penjualan reksa dana yang dikelolanya. Kinerja seluruh reksa dana ter-update setiap hari kerja pada jam 13.00 WIB dalam satuan hitungan NAB (Nilai Aktiva Bersih).

Sebagai perbandingan saham PT Bank Central Asia, yang diberikan bobot di LQ45 sebesar 13% (terbesar kedua) oleh BEI, memiliki free float sebesar 45%.

Pemasukan saham GoTo dalam LQ45 dan pemberian bobot yang sangat besar sudah mulai memunculkan tudingan konflik kepentingan baru dalam kasus Telkomsel/Goto, karena salah satu komisaris BEI, Pandu Sjahrir, juga menjabat sebagai komisaris di grup perusahaan GoTo.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top