Senin, 18 Nov 2024, 19:49 WIB

Penerapan Pola Hidup Sehat Kunci Cegah Pneumonia

Para pembicara berfoto bersama usai talkshow berjudul Cegah Pneumonia Menuju Indonesia Emas 2045 yang diadakan di Jakarta pada hari Senin (18/11). 

Foto: Haryo Brono/Koran Jakarta

JAKARTA - Pneumonia merupakan salah satu tantangan utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Pneumonia atau sering disebut sebagai radang paru atau paru-paru basah merupakan salah satu penyakit pernapasan yang paling mematikan di dunia.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus pneumoniae biasanya hidup di saluran pernapasan bagian atas dan dapat menyebar melalui percikan air liur atau dahak saat penderita batuk. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia atau status kesehatan.

Data Pusat Manajemen dan Humaniora Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pneumonia termasuk dalam 10 penyebab utama kematian, terutama pada kelompok rentan seperti bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun. Data Profil Kesehatan 2022 menyebutkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada post-neonatal (29 hari-11 bulan) yaitu sebesar 15,3 persen dan pada balita kelompok usia 12-59 bulan (12,5 persen).

Selain anak-anak, orang dewasa juga memiliki risiko tinggi terhadap pneumonia. Data Riskesdas Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia meningkat seiring bertambahnya usia, dengan 2,5 persen pada kelompok usia 55-64 tahun, 3,0 persen pada kelompok usia 65-74 tahun, dan 2,9 persen pada usia 75 tahun ke atas.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kemenkes RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM mengungkapkan bahwa Hari Pneumonia Dunia 2024 mengangkat tema nasional "Cegah, Lindungi, dan Obati Pneumonia."  Hal ini dipilih sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran serta pencegahan terhadap penyakit berbahaya ini.

Terdapat tiga pilar utama yang harus diperhatikan pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat umum di Indonesia guna mengendalikan dan mencegah pneumonia. Pertama, melindungi masyarakat dengan mempromosikan praktik kesehatan yang baik. Kedua, mencegah masyarakat terkena pneumonia dengan memastikan pelaksanaan vaksinasi dan lingkungan yang sehat.

“Ketiga, mengobati individu yang terinfeksi pneumonia dengan tatalaksana perawatan yang tepat. Dengan menerapkan tiga langkah tersebut, kita bisa mengendalikan dan menurunkan angka kejadian pneumonia demi Indonesia yang lebih sehat dan produktif untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045,” jelas Ina dalam di Jakarta pada hari Senin (18/11).

Sementar aitu Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D menuturkan, ketersediaan obat dan vaksin inovatif sangat penting untuk mendukung Indonesia yang lebih sehat. Pasalnya pneumonia saat ini masih menjadi tantangan utama kesehatan di Indonesia.

Ia menambahkan, ketersediaan vaksin pneumokokal yang inovatif dan efektif sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencegah infeksi akibat pneumonia serta membantu mengurangi angka kematian akibat pneumonia pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

“Saya telah mengevaluasi produk vaksin dan melihat bahwa vaksin pneumokokal yang diproduksi oleh Pfizer memiliki efikasi yang cukup tinggi, sehingga dinilai sangat bisa membantu pencegahan penyakit ini," ujar Taruna.

BPOM lanjut Taruna, berkomitmen untuk terus mempercepat proses registrasi obat dan vaksin baru dari 300 hari kerja menjadi 120 hari kerja, dan dari 120 hari kerja menjadi 90 hari kerja untuk pendaftaran melalui reliance pathway.

Menimbang bahaya pneumonia pada kesehatan anak, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa ada lebih dari 19.000 anak balita meninggal karena pneumonia di Indonesia. Angka kematian anak akibat pneumonia tidak pernah lepas dari tiga perangkat teratas penyebab kematian anak, sehingga menunjukkan betapa bahayanya penyakit ini.

“UNICEF mengestimasi 19.000 anak balita meninggal karena pneumonia di Indonesia pada tahun 2018. Angka kematian anak akibat pneumonia ini tidak pernah lepas dari tiga perangkat teratas penyebab kematian anak, sehingga menunjukkan betapa bahayanya penyakit ini,” katanya.

Gejala pneumonia pada anak dapat dideteksi dan dapat dicegah dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat serta konsumsi makanan bernutrisi, sehat dan seimbang termasuk ASI eksklusif. Selain itu, imunisasi juga tak kalah penting untuk dilakukan sebagai langkah utama dalam mencegah pneumonia pada anak.

“Dengan imunisasi yang lengkap, anak akan terhindar dari penyakit pneumonia, maupun penyakit yang berbahaya lain, seperti radang selaput otak dan radang telinga atau otitis yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Imunisasi pneumokokus yg lengkap dapat menekan angka prevalensi pneumonia pada anak-anak; yang penting untuk mewujudkan generasi penerus yang sehat pada momentum Indonesia Emas 2045,” imbuh Hartono.

Selain tenaga kesehatan, orang tua juga memiliki peran penting dalam mendeteksi dan mencegah pneumonia pada anak. Nucha Bachri, co-founder Parentalk.id juga berkesempatan berbagi pengalaman sebagai orang tua dalam menghadapi pneumonia pada anak-anak.

“Berdasarkan hasil sharing pengalaman saya dengan sesama ibu-ibu, proses pengobatan pneumonia pada anak sangatlah menyita waktu dan tenaga orang tua, belum lagi biaya yang dikeluarkan, sehingga lebih baik bagi orang tua mengambil langkah preventif dan terapkan pola hidup sehat,” ungkap Nucha.

Mengingat pneumonia dapat menyerang segala usia termasuk orang dewasa, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-Al, FINASIM, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Vaksinasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), menjelaskan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang bersifat serius, khususnya pada populasi usia lanjut dan pasien dengan kondisi komorbid.

Data Riskesdas Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa penderita pneumonia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pasien yang sudah terinfeksi pneumonia dan memerlukan perawatan di rumah sakit rata-rata menjalani perawatan selama 12 hari, dengan 14 persen di antaranya memerlukan perawatan di ICU.

“Ada berbagai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada dewasa, seperti faktor umur, pekerjaan, gaya hidup, dan kondisi kesehatan. Risiko pneumonia juga semakin tinggi apabila sebelumnya pasien sudah memiliki penyakit kronis,” jelas Sukamto.

Bakteri pneumokokus yang merupakan salah satu penyebab pneumonia dapat menyerang seluruh kelompok usia dewasa. Hal ini bisa disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh seiring pertambahan usia.

“Oleh sebab itu, setiap orang dewasa perlu menjalani vaksinasi guna melindungi diri dari risiko pneumonia, sehingga dapat membantu mengurangi risiko rawat inap, biaya pengobatan yang tinggi, dan komplikasi yang mungkin timbul akibat pneumonia,” ujarnya.

Bidang Humas dan Media PP Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr. Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan, DVM., MPH., Ph.D, menerangkan, imunisasi pneumonia memiliki peran yang penting untuk mewujudkan generasi sehat dan produktif di Indonesia. Dalam memperingati Hari Pneumonia Sedunia 2024 ini, pihaknya berharap masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya gaya hidup sehat dan vaksinasi sebagai langkah preventif melindungi diri dari pneumonia.

“Kami harap dengan adanya dorongan pemerintah untuk vaksinasi pneumonia untuk semua kategori usia, Indonesia dapat mewujudkan generasi penerus yang sehat dan produktif, demi menggapai Indonesia Emas 2045,” jelasnya.

Direktur Pfizer Indonesia, Hendra Wijaya, mengungkapkan kejadian pneumonia yang masih tinggi di Indonesia baik yang menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Pihaknya berkomitmen mendorong dan mengajak masyarakat bersama-sama melakukan tindakan berupa aksi pencegahan penyakit pneumonia.

“Kolaborasi strategis dengan IAKMI dan perhimpunan asosiasi dokter di Indonesia merupakan upaya untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya pencegahan pneumonia agar anak-anak dan orang dewasa terhindar dari penyakit yang berpotensi mematikan tersebut,” ujarnya. hay

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: