Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penelitian Tunjukkan Tidur Tak Teratur Tingkatkan Risiko Gangguan Kognitif pada Lansia

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa orang yang kebiasaan tidurnya sangat bervariasi selama bertahun-tahun mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kognitif seiring bertambahnya usia.

Untuk penelitian ini, para peneliti memeriksa data 614 orang dewasa yang berbagi informasi tentang kebiasaan tidur mereka setiap tiga sampai lima tahun selama dua dekade. Semua peserta juga menjalani tes kognitif yang ekstensif, dan pada akhir penelitian, sebanyak 44 orang, atau 7,2 persen dari mereka, memiliki bukti gangguan kognitif.

Orang yang melaporkan variasi paling banyak dalam jumlah tidur yang mereka diapatkan dari waktu ke waktu memiliki kemungkinan lebih dari 3 kali lipat mengalami gangguan kognitif di akhir penelitian, menurut hasil yang dipublikasikan di JAMA Network Open.

"Kami tahu bahwa keteraturan tidur, konsistensi waktu tidur dan bangun penting untuk kesehatan secara keseluruhan," kata Matthew Pase, PhD, seorang profesor neurologi dan direktur Program Penelitian Penuaan dan Neurodegenerasi di Monash University di Australia, dikutip dari Everyday Health, Selasa (5/12).

"Variabilitas dalam tidur dapat mencerminkan jadwal tidur yang tidak teratur, yang dapat meningkatkan risiko faktor risiko demensia. Mungkin juga faktor risiko demensia dapat memengaruhi keteraturan tidur seseorang dengan banyak kondisi kesehatan mungkin memiliki tidur yang tidak teratur karena obat-obatan, rasa sakit, dan penyakit penyerta lainnya," ujar Pase, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Alasan potensial lain untuk hubungan antara gangguan kognitif dan variabilitas tidur mungkin berkaitan dengan bagaimana data dikumpulkan. Para peneliti mengandalkan partisipan untuk secara akurat mengingat dan melaporkan berapa jam tidur yang mereka dapatkan, dan individu dengan demensia atau masalah kognitif mungkin tidak mengingatnya dengan benar atau memberikan informasi yang konsisten dari waktu ke waktu, menurut penelitian tersebut.

"Variabilitas yang tinggi dalam durasi tidur yang dilaporkan dari waktu ke waktu mungkin dipengaruhi oleh masalah kognitif seperti ingatan yang buruk," tutur Pase.

Berbagai alasan di luar tantangan kognitif juga dapat membuat orang melaporkan variasi jumlah tidur yang mereka dapatkan ketika mereka hanya ditanya hal ini hanya setiap tiga sampai lima tahun, kata Marie-Pierre St-Onge, PhD, seorang profesor dan direktur Pusat Keunggulan untuk Penelitian Tidur dan Sirkadian di Columbia University Irving Medical Center di New York City.

"Mungkin ada peristiwa kehidupan yang mempengaruhi durasi tidur dengan satu atau lain cara - pekerjaan versus pensiun, kehilangan pasangan, penyakit," imbuh St-Onge, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.

"Karena penelitian ini bersifat observasional, kami tidak dapat mengaitkan hubungan sebab-akibat dengan asosiasi ini," lanjutnya.

St-Onge menambahkan, meskipun sebagian besar orang dewasa membutuhkan setidaknya tujuh jam tidur setiap malam, tidak ada konsensus dalam komunitas medis tentang berapa jam tidur yang dibutuhkan orang setelah usia 65 tahun. Ia mengatakan, jumlah tidur yang ideal untuk orang dewasa yang lebih tua dapat bervariasi berdasarkan status kesehatan, jenis kelamin, atau keadaan hidup mereka.

"Meski begitu, masuk akal bagi orang dewasa yang lebih tua untuk mengambil langkah-langkah untuk mempraktikkan apa yang dikenal sebagai kebersihan tidur yang baik, kebiasaan untuk mendukung tidur yang sehat yang mencakup jumlah istirahat yang konsisten serta tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari," kata St-Onge.

Lebih lanjut, kata Pase, kebersihan tidur yang baik juga dapat mencakup tidur di tempat yang gelap, sejuk, dan nyaman, menghindari cahaya terang setelah gelap, menghindari stimulan menjelang waktu tidur, membatasi alkohol, dan berolahraga secara teratur.

"Penting bagi orang-orang untuk menyadari bahwa tidur itu penting bagi kesehatan dan oleh karena itu menjadikan tidur sebagai prioritas dan menjadwalkan waktu yang cukup untuk tidur, seperti halnya seseorang menjadwalkan waktu untuk pergi ke gym," papar Pase.

Menurut dia, dalam hal meningkatkan kesehatan otak dari waktu ke waktu, tidur hanyalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan.

"Tidur hanyalah salah satu bagian dari gambaran yang lebih besar. Olahraga teratur, menghindari merokok, menjaga berat badan yang sehat, memiliki jantung yang sehat dengan menghindari atau mengobati tekanan darah tinggi dan diabetes secara memadai, terlibat secara sosial, dan menjaga kesehatan mental Anda semuanya penting," pungkasnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top