Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Peneliti Amerika: Perubahan Iklim Bikin Suhu di Mekah Bisa Sampai 51 Derajat Celcius, Ibadah Haji Bisa Mematikan

Foto : Istimewa

Ilustrasi ibadah haji.

A   A   A   Pengaturan Font

MEKAH - Sekelompok peneliti mengingatkan bahaya dampak perubahan iklim pada ibadah haji umat muslim.

Dalam rukun Islam, haji adalah ibadah yang wajib dilakukan jika mampu. Pengertian mampu secara finansial lebih mudah dipahami daripada mampu secara kesehatan fisik. Sekarang kemampuan fisik mendapat ujian yang lebih berat akibat perubahan iklim.

Menurut sebuah studi baru oleh para peneliti di MIT dan di California, karena perubahan iklim ada peningkatan risiko bahwa di tahun-tahun mendatang, kondisi panas dan kelembaban di wilayah Arab Saudi tempat haji berlangsung dapat memburuk, sampai-sampai orang menghadapi "bahaya ekstrim" dari efek kesehatan yang berbahaya.

Dalam suhu 51 derat celcius yang menjadi ambang batas bahaya ekstrem yang ditetapkan oleh National Weather Service, tubuh manusia tidak mampu lagi untuk mendinginkan dirinya sendiri dan menjadi terlalu panas. Berada dalam kondisi suhu panas ini adalah jangka waktu yang lama bisa membahayakan. Menyebabkan stroke, merusak otak, jantung, ginjal, otot dan mungkin kematian. Ibadah haji memakan waktu puluhan jam di luar ruangan

Waktu pelaksanaan ibadah haji bervariasi dari setiap tahunnya karena berdasarkan pada perhitungan bulan yang setiap tahunnya bergeser sekitar 11 hari lebih cepat dari tahun sebelumnya. Ini berarti akan ada tahun-tahun dimana ibadah haji akan dilaksanakan pada musim panas.

"Ketika datang di musim panas di Arab Saudi, kondisinya menjadi keras, dan sebagian besar kegiatan ini dilakukan di luar ruangan," kata Elfatih Eltahir, profesor teknik sipil dan lingkungan MIT.

Dalam sebuah makalah di jurnal Geophysical Review Letters yang terbit pada tahun 2019, Eltahir dan dua rekannya melaporkan temuan yang menunjukkan pada tahun itu saja risiko serius bisa terjadi.

Mereka juga memprediksikan tingkat panas dan kelembaban pada tahun 2045 dan 2053 akan berada 20% di atas ambang bahaya ekstrem, dan antara tahun 2079 dan 2086 sekitar 42%.

"Jika Anda berkerumun di suatu lokasi," kata Eltahir, "semakin keras kondisi cuaca, semakin besar kemungkinan kepadatan akan menyebabkan insiden" seperti itu.

Prediksi ini akan terjadi jika tidak ada langkah-langkah substansial yang diambil untuk membatasi dampak perubahan iklim. Perencanaan tindakan pencegahan atau mitigasi dalam pelaksanaan ibadah juga harus dipersiapkan.

Eltahir mengatakan bahwa penelitiannya ini tidak dimaksudkan untuk menebarkan ketakutan bagi para calon jamaah, tetapi untuk menginformasikan kebijakan tentang perubahan iklim, yang juga terkait dengan kesiapan mitigasi dan adaptasi pelaksanaan ibadah.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top