Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politeknik Akan Terapkan Sistem “Zero Drop Out”

Pendidikan Vokasi | Mahasiswa Politeknik Bisa Kuliah Lagi setelah Kerja

Foto : ISTIMEWA

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Moham­ad Nasir.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah tengah merancang sistem perkuliahan baru bagi mahasiswa politeknik. Salah satunya adalah agar memberi kesempatan bagi para mahasiswa politeknik untuk dapat kuliah lagi setelah bekerja.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) bersama dengan politeknik merancang program Multi Entry Multi Outcome (MEMO) bagi mahasiswa politeknik. "Nantinya, mahasiswa dapat memilih berbagai alternatif perkuliahan yang memungkinkan mereka untuk langsung bekerja di industri dengan tetap dapat kembali lagi ke kampus (kuliah)," kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, di Jakarta, Minggu (18/3).

Nasir terus mendorong politeknik untuk berbenah diri. Ini dilakukan agar perguruan tinggi politeknik menarik lebih banyak calon mahasiswa, dan tidak lagi menjadi perguruan tinggi kelas dua.

"Cara pandang masyarakat terhadap politeknik ke depan harus berubah. Selama ini politeknik seolah seperti perguruan tinggi kelas dua. Padahal, lulusan politeknik saat ini sangat kompeten dan dibutuhkan pasar kerja," kata Nasir.

Kebutuhan dunia industri menuntut kompetensi lulusan politeknik harus sesuai dengan learning outcome yang ada di politeknik. Sehingga, MEMO diharapkan dapat mempercepat kebutuhan industri dan memutus mata rantai kemiskinan. "Jadi, lulusan politeknik akan selalu siap kerja bukan siap training," tegas mantan Rektor Terpilih Universitas Diponegoro ini.

Nasir memaparkan, di tahun pertama misalnya, (mahasiswa) dapat sertifikat KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) level 3, terus mau bekerja, kembali lagi dia (ke kampus) itu bisa melanjutkan ke tahun kedua. "Tidak ada DO (drop out), istilahnya zero DO," tandas Nasir.

Pada kesempatan yang sama, Nasir juga menyebutkan bahwa pihaknya telah mendapatkan tawaran yang sangat baik bagi para mahasiswa politeknik. Tawaran tersebut datang dari Taiwan yang menawarkan beasiswa dengan kuota hampir 6.000 mahasiswa.

"Para Direktur saya minta untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi di Taiwan dan anak didiknya agar disiapkan untuk masuk ke Taiwan baik di perguruan tinggi maupun industri disana," ujarnya.

Butuh Penyesuaian

Ketua Forum Direktur Politeknik se-Indonesia (FDPNI), Rahmat Imbang, menyebutkan kajian skema MEMO ini masih membutuhkan beberapa penyesuaian dan penyelerasan peraturan, di antaranya penyesuaian kurikulum, instrumen penilaian BAN PT, pangkalan data pendidikan tinggi (untuk menjamin keabsahan ijazah), dan sebagainya.

Terkait penilaian akreditas, Nasir menyebutkan banyak politeknik yang sebenarnya berkualitas, namun belum mendapat akreditasi yang baik.

Instrumen yang digunakan BAN PT adalah instrumen pada akademik.

Sementara politeknik aspek akademiknya hanya 30 persen, 70 persennya adalah praktik. Ini gak nyambung. "Jadi harus ada instrumen khusus untuk penilaian politeknik," imbuhnya. cit/E-3

Komentar

Komentar
()

Top