Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Pokok

Penanganan Krisis Pangan Harus Fokus pada Kelompok Rentan

Foto : KORAN JAKARTA/WAHYU AP

AWAN SANTOSA Peneliti Mubyarto Institute - Masalah stunting, wasting, dan underweight disebut sebagai triple burden of malnutrition yang belum sepenuhnya teratasi.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia dalam sidang Komite Ketahanan Pangan Global (Committee on World Food Security/CFS) yang berlangsung di Roma, Italia, menyampaikan tiga isu pangan saat ini, yaitu transformasi sistem pangan, status ketahanan pangan dan gizi, serta transformasi pangan berbasis pertanian (agrifood).

Utusan Khusus Presiden (UKP) RI, Muhammad Mardiono, dalam kesempatan itu mengatakan hal pertama yang harus dilakukan adalah sistem pangan pertanian harus bersifat holistik, saling terkait, dan multisektoral, sehingga tata kelolanya harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan dengan sinergi kebijakan di tingkat lokal, regional, dan nasional.

Transformasi yang dilakukan Indonesia bertujuan untuk menciptakan sistem pangan yang bergizi, inklusif, adil, berkelanjutan, dan kuat, serta dibangun oleh sistem pangan lokal berdasarkan potensi lokal. "Dalam penanganan krisis pangan, pemerintah Indonesia fokus pada perlindungan kelompok rentan, termasuk keluarga petani dan nelayan, melalui dukungan stabilisasi pasar dan perlindungan sosial," kata Mardiono.

Isu kedua, kata Mardiono, terkait upaya Indonesia selama ini telah mencapai kemajuan penting dalam peningkatan status ketahanan pangan dan gizi. Pemerintah, katanya, menjamin ketersediaan pangan bagi 273 juta masyarakat Indonesia dengan meningkatkan akses terhadap pangan yang lebih bergizi, aman, memadai, dan sehat.

Adapun isu ketiga mengenai transformasi pangan berbasis pertanian memerlukan investasi untuk kapasitas penelitian, data, inovasi, dan teknologi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top