Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Praktik Deforestasi - Hampir Separuh Konsesi Nikel Tumpang Tindih dengan Hutan Alam

Pemerintah Terapkan Standar Ganda

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia dibayang-bayangi ancaman deforestasi menuju usia emasnya tahun 2045. Tiga negara, yakni Indonesia, Brasil, dan Kongo sejak 2000 kehilangan hingga jutaan hektare hutan setiap tahun akibat penebangan pohon selama ini.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Asep Komaruddin, mengakui pemerintah kerap mengeklaim bahwa angka deforestasi turun dalam beberapa tahun terakhir. Namun pada kenyataannya, deforestasi masih terus terjadi di Indonesia.

"Sepanjang 2014-2022, terjadi deforestasi seluas 3,4 juta hektare di Indonesia. Pemerintah juga nekat melanjutkan deforestasi, seperti tertuang dalam dokumen FOLU Net Sink 2030 yang berisi kebijakan menurunkan emisi gas rumah kaca,"sebut Asep kepada Koran Jakarta, Minggu (21/1).

Dia menjelaskan, jika merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepanjang 2014-2022, terjadi deforestasi seluas 3,4 juta hektare di Indonesia. Namun dalam dokumen komitmen iklim FOLU Net Sink 2030, pemerintah masih berniat melanjutkan deforestasi terencana.

Adapun dokumen FOLU Net Sink merupakan sebuah dokumen perencanaan yang menjabarkan target dan kebijakan serta langkah kerja untuk penurunan emisi gas rumah kaca sampai dengan tahun 2030 sebagaimana dinyatakan dalam LTS-LCCR 2050 dan NDC 2030.

Dirinya khawatir saat Indonesia memasuki usia emas tahun. Pada 2045, hutan RI tinggal sedikit karena semakin tak terbendungnya tindakan deforestasi.

Seperti diketahui, laporan Auriga Nusantara menyebut tiga negara, yakni Indonesia, Brasil, dan Kongo sejak 2000 kehilangan hingga jutaan hektare hutan setiap tahun. Padahal, tiga negara tersebut pemilik hutan hujan tropis terbesar di dunia yakni mencapai 52 persen.

Berdasarkan data World Resources Institute, Brasil memiliki hutan hujan tropis seluas 315,4 juta hektare sekitar 80 persen berada di di wilayah Amazon, Kongo memiliki 98,8 juta hektare, dan Indonesia memiliki 83,8 juta hektare.

"Lahan hutan primer Indonesia tercatat berkurang 270 ribu hektare pada 2020, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 323,6 ribu hektare," kata Direktur Eksekutif Auriga Nusantara Timer Manurung.

Berdasarkan analisis Auriga Nusantara, dari 83,8 juta hektare hutan alam di Indonesia saat ini hanya 16,2 juta hektare (19,4 persen) yang dilindungi secara hukum dan berada dalam kawasan konservasi.

Dia menyatakan hampir 23 juta hektare hutan diberikan untuk konsesi ekstraktif, termasuk 7,3 juta hektare (8,7 persen) untuk konsesi konversi hutan (perkebunan kayu, kelapa sawit, dan pertambangan) dan 15,6 juta hektare (18,6 persen) untuk konsesi penebangan pohon yang menurunkan kualitas hutan hutan. Sebagian besar hutan alam (44,7 juta hektare atau 53,4 persen) merupakan hutan alam rentan untuk diberikan konsesi ekstraktif oleh pemerintah.

Timer menambahkan, hampir setengah dari konsesi nikel (untuk kendaraan listrik) di Indonesia tumpang tindih dengan hutan alam.

Pada 2021, Indonesia, Brasil, dan Kongo mulai menjalin kerja sama trilateral, antara lain tentang pengurangan deforestasi, manajemen pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla), perhutanan sosial dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat, pengelolaan dana iklim, administrasi pertanahan berkelanjutan, keanekaragaman hayati dan bioprospeksi, serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.

Bentuk Aliansi

Ketiga negara itu membentuk aliansi Forest Power for Climate Action yang akan memimpin negara-negara tropis lain di regional mereka - Indonesia untuk Asia Tenggara - dalam mempengaruhi negosiasi iklim.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top