Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Ekspor 2019 I Kemendag Targetkan Ekspor Nonmigas Tumbuh 7,5 Persen Tahun Ini

Pemerintah Pasang Target Konservatif

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Untuk menggenjot ekspor dibutuhkan strategi dan kerja ekstra keras dari pemerintah, seperti diversifikasi negara tujuan dan reformasi struktural untuk penguatan daya saing produk.

JAKARTA - Target pertumbuhan ekspor nonmigas yang cenderung konservatif mengindikasikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) tak menyiapkan strategis khusus menghadapi 2019. Pemerintah hanya mengandalkan pola pendekatan business as usual semata tanpa memiliki jurus ampuh menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, memproyeksikan ekspor nonmigas pada 2019 tumbuh moderat 7,5 persen atau menjadi 175,9 milliar dollar AS dari tahun sebelumnya. "Pemerintah optimistis dan realistis menghadapi tantangan ekonomi global dan domestik. Dengan mempertimbangkan berbagai tantangan tersebut," ungkapnya di Jakarta, Kamis (10/1).

Tantangan di tingkat global, lanjutnya, perekonomian global tumbuh melambat menjadi 3,7 persen, sementara volume perdagangan dunia hanya tumbuh empat persen. Tak hanya itu, harga beberapa komoditas nonmigas, seperti minyak sawit, karet, kopi, kakao, teh, udang, kayu gergajian, dan barang tambang (aluminium, tembaga, nikel, dan timah) diprediksi hanya tumbuh 0,3-3,9 persen.

Dari dalam negeri, daya saing nasional masih perlu ditingkatkan. Stabilisasi nilai tukar rupiah dinilai juga menjadi tantangan domestik. Selain itu, potensi risiko politik dari terselenggaranya pemilu serentak 2019 bisa mengganggu kinerja ekspor.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor, Kemendag berkomitmen merampungkan 12 perjanjian perdagangan internasional pada 2019. Kesepakatan itu meliputi preferential trade agreement (PTA) antara Indonesia dengan Mozambik, Tunisia, Maroko, dan Iran serta comprehensive economic partnership agreement (CEPA) antara Indonesia dengan Turki, Korea, dan Uni Eropa.

Seperti diketahui, capaian ekspor nonmigas periode Januari-November 2018 meningkat sebesar 7,5 persen, sehingga nilainya naik menjadi 150,14 miliar dollar AS. Itu meningkat dibandingkan selama periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 139,7 miliar dollar AS.

Penetrasi Minim

Sementara itu, Peneliti Ekonomi Indef, Ahmad Hery Firdaus, menilai target itu menunjukan Kemendag bersikap pesimistis. Sebab, pertumbuhan sepanjang Januari-November 2018 cenderung sama, yakni 7,5 persen.

"Kalau tahun ini juga begitu berarti pemerintah hanya business as usual saja. Tidak ada strategis untuk mendongkrak ekspor," tegas Hery.

Menurut Hery, semestinya target itu bisa lebih tinggi lagi dengan menugaskan semua atase perdagangan di luar negeri untuk meningkatkan ekspor di masing-masing negara tujuan. Caranya bisa dimulai dari inteligensi pasar guna mengetahui informasi kebutuhan pasar, jaringan distribusi, hambatan perdagangan serta beragam hal terkait lainnya.

"Produk apa yang bisa diekspor,kita optimalkan saja, perbanyak pasarnya sambil bangun daya saing produk industrinya," kata Hery.
Ekonom lainnya, Bhima Yudhistira, menegaskan kunci peningkatan ekspor adalah perluasan pasar baru sehingga tidak hanya mengandalkan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok seiring perlambatan ekonomi di dua negara itu.

Tak hanya itu, pembenahan struktural produk sangat penting untuk meningkatkan daya saing. Pemerintah diminta jangan hanya terpaku pada produk komoditas mentah karena tahun ini harga batu bara, tambang, dan perkebunan masih rendah.

"Indonesia perlu perbanyak insentif bagi industri berorientasi ekspor. Pajak dan bea keluar kalau perlu dibeberapa sektor diturunkan tarifnya," pungkas Bhima. ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top