Pemerintah Lakukan Modernisasi demi Indonesia Maju 2045
Foto: Sumber: Kemenkop dan UKM – Litbang KJ/and/onesJAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo telah melakukan berbagai langkah modernisasi Indonesia untuk 2045. Karena itu, wajar jika Indonesia sudah banyak diprediksikan oleh lembaga-lembaga internasional.
"Salah satunya IMF (International Monetary Fund) yang memproyeksikan Indonesia bakal menjadi kekuatan ekonomi dunia keempat (pada 2045) setelah AS, Tiongkok, dan India," kata Teten Masduki, di Jakarta, Senin (26/9).
Menurut Teten, ada empat syarat yang harus dipenuhi menuju Indonesia 100 tahun pada 2045 agar menjadi negara maju. Pertama ialah Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita harus sebesar 23,2 ribu dolar AS atau sekitar 324,9 juta rupiah. Dengan target ini, PDB nasional bisa mencapai 7,4 triliun dollar AS, menempati peringkat lima terbesar di dunia.
Kedua, peralihan dari pertanian ke manufaktur dengan langkah hilirisasi industri. Di dalamnya, lanjut Teten, mencakup pengembangan substitusi impor dan berorientasi ekspor sehingga industrialisasi di Tanah Air lebih mengarah ke pengolahan hasil tambang, termasuk sawit.
Ketiga, Human Development Index (HDI) Indonesia wajib terus meningkat. Mulai dari meningkatkan kualitas jaminan sosial, seperti Kartu Indonesia Pintar, Kartu PraKerja, dan Kartu Indonesia Sehat, dan mengembangkan pendidikan vokasi.
Adapun syarat keempat yakni adanya kemudahan dalam berusaha (berbisnis) yang disebut telah terkandung dalam Undang-Undang Cipta Kerja. "Kondisi terkini, rasio kewirausahaan Indonesia masih 3,18 persen, ketersediaan lapangan kerja 97 persen yang masih didominasi oleh pelaku UMKM (98 persen di antaranya pelaku usaha mikro), ekspor UMKM masih rendah, hingga biaya logistik yang masih terbilang mahal. Ini semua yang akan kita ubah," kata dia.
Substitusi Impor
Di bagian lain, Pakar Pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya, Ramdan Hidayat, mengatakan hilirisasi industri pertanian dengan fokus pengembangan substitusi impor memang sangat dibutuhkan untuk mencapai Indonesia maju pada 2045.
"Pertanian harus diprioritaskan, komoditas impor yang bisa dihasilkan di dalam negeri harus diutamakan, apalagi kalau tanamannya bisa tumbuh di sini. Tanpa substitusi impor, kita akan tetap bergantung pada negara lain dan semakin jauh dari kemandirian pangan.
Sedangkan dengan dukungan hilirisasi pertanian, bisa menjawab sekaligus banyak masalah, nasib petani, defisit perdagangan, devisa, lapangan kerja, yang muaranya adalah perekonomian nasional.
Hanya dengan upaya hilirisasi kita dapat menambah serapan ledakan usia produktif yang akan segera terjadi. Kalau tidak segera disiapkan, nanti akan kewalahan.
Maka penting untuk mengerahkan kebijakan dan anggaran pada sumber daya potensial yang ada agar nanti hilirisasi dapat dikembangkan untuk pasar ekspor," ujarnya.
Redaktur: Redaktur Pelaksana
Penulis: Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Sosialisasikan Hasil COP29 Sembari Meluncurkan RBC-4
- 2 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final
- 5 Jika Alih Fungsi Lahan Pertanian Tak Disetop, Indonesia Berisiko Krisis Pangan